ciri-ciri rumah tangga islami
oleh : Sulaiman
assalamualaikum
Shalawat dan salam
selalu terlimpahkan kepada
junjungan Kita Nabi
Muhammad S.A.W, dan
semoga terlimpahkan pula
kapada keluarga,
sahabat, dan istri-istrinya selama masih ada langit dan
bumi.
Segala puji bagi
Allah sendiri-Nya. Tidak
ada daya dan
kekuatan selain
dengan daya dan
kekuatan Allah Yang
Maha Tinggi lagi
Besar. Cukuplah
Allah menjadi penolong
kita dan memberi
kenikmatan kepada kita…….
.
Amiin
Tema pernikahan atau membentuk rumah tangga islami adalah
masalah yang
selalu hangat dibicarakan
dan bahkan harus
dibicarakan! Tentunya jangan
hanya dibicarakan dan difikirkan tapi di laksanakan ....
InsyaAllah.
Dalam Islam pernikahan
itu mempunyai nilai yang
sangat suci, agung
dan
sakral. Ijab kabul
sebagai transaksi pernikahan
merupakan ucapan yang
ringan dilafalkan tapi berat sekali tanggung jawabnya. Allah
sendiri menyebut
ijab kabul itu sebagai ikatan yang kuat/kokoh (Mitsaqon
Gholizho).
"Bagaimana
kamu akan mengambilnya
kembali, padahal sebagian
kamu
telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai
suami-isteri. Dan mereka
(isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang
kuat." (QS. 4:21).
RUMAH TANGGA ISLAMI
Pada tazkiroh
pekan lalu telah disampaikan pengantar mengenai
pernikahan
ditinjau oleh sudut
pandang Islam. Sebelum
kita meminta
"mediator" untuk
mencarikan pasangan hidup kita, cobalah kita renungkan
pertanyaan berikut:
Rumah tangga macam apa yang akan kita bangun?
Di bawah ini ada beberapa contoh rumah tangga yang ada di
sekitar kita (bisa
ditambahkan lagi dan silakan dipilih mana yang cocok) :
1. RUMAH TANGGA BISNIS
Pada awal dibinanya
rumah tangga ini
telah dihitung-hitung berapa
keuntungan materi yang akan diperoleh, bila aku menikah
dengan si fulan,
berapa
tabunganku akan bertambah
saat menikah dan setelah menikah.
Apa pasanganku nanti
dapat menambah hartaku
atau malah akan
mengurangi. Dan bila kami nanti punya anak, berapa anak yang
kira-kira
dapat
menguntungkan usaha yang
kami jalankan saat
ini dst. Rumah
tangga seperti ini
banyak sekali ditemukan
di negara Barat
yang hanya
berfikir pada materi. Allah telah berfirman:
"Dan
sekali-kali bukanlah harta
dan bukan (pula)
anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada
Kami sedikitpun; tetapi
orang-orang yang
beriman dan mengerjakan
amal-amal saleh, merekalah
itu yang
memperoleh
balasan yang berlipat
ganda disebabkan apa yang telah
mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi
(dalam surga)." (QS. 34:37)
2. RUMAH TANGA "BARAK"
Yang terdengar dari
rumah tangga ini
hanya perintah-perintah atau
komando-komando
layaknya jendral kepada
kopralnya. Bila si kopral tidak
melaksanakan atau lalai menjalankan tugas, maka
konsekwensinya adalah
hukuman, baik berupa
umpatan atau bahkan
pukulan. Di sini
tidak ada
suasana dialogis yang mesra, anggota keluarga yang berperan
sbg kopral,
selalu merasa tertekan dan takut bila ada sang jendral di
rumah, dan selalu
berdoa dan berharap agar sang jendral segera berlalu keluar
rumah..
3. RUMAH TANGGA "ARENA TINJU"
Bila suami dan
istri merasa memiliki
derajat, kekuatan dan
posisi yang
setara serta
pendapatnya lah yang
benar dan harus
terlaksana. Bila ada
perbedaan dan salah
faham sedikit saja, maka
digelarlah
"pertandingan"
yang dapat berupa,
baku cekcok, baku
hantam atau baku
UFO (piring
terbang).
Masing-masing berusaha membuat KO lawannya dengan berbagai taktik.
Tidak ada kata damai sebelum salah satunya menyerah.
5. RUMAH TANGGA
ISLAMI
Didalamnya
ditegakkan adab-adab Islam,
baik individu maupun
seluruh
anggota.
Mereka berkumpul dan mencintai karena Allah, saling
menasehati kejalan
yang maruf dan mencegah dari kemunkaran. Setiap anggota
betah tinggal
didalamnya
karena kesejukan iman dan
kekayaan ruhani. Rumah tangga
yang menjadi panutan
dan dambaan ummat yang didalamnya selalu ditemukan suasana
sakinah,
mawaddah dan rahmah.
Merupakan surga dunia,
seperti yang sering
kita dengar, Rasul
pernah
bersabda : Baiti jannati! Rumahku adalah surgaku. Rumah yang
dimaksud di
sini tentunya bukan bangunan fisiknya
yang bak istana dengan taman
yang
luas dan kolam
renangnya, tapi rumah disini adalah rumah
tangga "ruh" dari
rumah tsb.
Apa ciri-ciri rumah tangga islami tsb :
a. DIDIRIKAN ATAS DASAR IBADAH
Rumah tangga didirikan dalam
rangka ibadah kepada
Allah, dari proses
pemilihan jodoh, pernikahan
(akad nikah, walimah)
sampai membina
rumah tangga jauh
dari unsur kemaksiatan
atau yang tidak
islami.
Sebagaimana
tugas kita di
muka bumi ini
yang hanya untuk
mengabdi/beribadah
kepada Allah, maka
pernikahan ini pun
harus
diniatkan dalam rangka tsb.
Beberapa contoh yang tidak islami, pemilihan
jodoh tidak berdasarkan
Diennya (agamanya), Proses
berpacaran,
pemilihan hari "baik" untuk
acara pernikahan, sebelum
akad nikah ada
acara widodareni atau mandi air kembang dan dalam acara
walimahan ada
upacara (adat) injak telur dan buang-buang beras
(S.A.Weran).
b. TERJADI INTERNALISASI
NILAI ISLAM SECARA
KAFFAH
(MENYELURUH)
Dalam rumah tangga
islami segala adab-adab
islam dipelajari dan
dipraktekan sebagai
filter bagi penyakit moral di era globalisasi ini. Suami
bertanggung
jawab terhadap perkembangan
pengetahuan keislaman dari
istri, dan bersama-sama
menyusun program bagi
pendidikan anak-
anaknya. Saling tolong-menolong dan
saling mengingatkan untuk
meningkatkan
kefahaman dan praktek ibadah.
Oleh sebab itu suami dan
istri seharusnya memiliki pengetahuan yang cukup memadai
tentang Islam.
c. TERDAPAT QUDWAH
(KETELADANAN) QUDWAH (KETELADANAN)
SUAMI ATAU ISTRI YANG DAPAT DICONTOH OLEH ANAK-ANAK
Setiap hendak keluar
atau masuk rumah anggota keluarga membiasakan
mengucapkan salam dan mencium tangan, merupakan contoh yang akan
membekas pada anak-anak
sehingga mereka tidak
canggung
mengucapkan salam ketika telah dewasa.
Bagaimana
mungkin anak akan
menegakkan sholat diawal
waktu,
sementara orang tuanya
asik melihat TV pada
saat azan berkumandang
(ini contoh yang buruk).
Keluarga islami
merupakan contoh teladan
di lingkungannya, selalu
nilai-
nilai positif saja
yang terlontar dari
para tetangganya bila membicarakan
rumah tangga ini. Hal ini bisa terjadi bila adanya
contoh-contoh yang islami
dilakukan serta silaturahmi ke tetangga yang intensif.
d. ADANYA PEMBAGIAN TUGAS YANG SESUAI DENGAN SYARIAT
Islam memberikan hak
dan kewajiban masing-masing
bagi anggota
keluarga secara tepat dan manusiawi. Seperti yang
tercantumkan dalam
Firman Allah:
"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih
banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan,
dan bagi para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah
kepada Allah sebagian
dari karunia-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu." (QS. 4:32).
Suami atau istri
harus faham apa kewajiban dan haq
nya, sehingga tidak
terjadi
pertengkaran karena masing-masing
hanya menuntut haknya
terpenuhi tanpa melakukan
kewajibannya. Islam telah
mengatur
keseimbangan haq dan kewajiban ini, apa yang menjadi kewajiban suami
adalah haq istri,
dan begitu pula
sebaliknya. Kewajiban suami
tidak bisa
dilakukan secara optimal oleh istri, begitu pula sebaliknya.
e. TERCUKUPNYA KEBUTUHAN MATERI SECARA WAJAR
Suami harus membiayai
kelangsungan kebutuhan materi
keluarganya,
karena itu salah
satu tugas utamanya.
Seperti yang tercantum
dalam Al
Quran surat Al Baqarah 233:...... Dan kewajiban ayah memberi
makan dan
pakaian kepada para
ibu dengan cara yang ma'ruf.
f. MENGHINDARI HAL-HAL YANG TIDAK ISLAMI
Banyak kegiatan atau
barang-barang yang tidak
islami harus disingkirkan
dari dalam rumah,
misalnya penghormatan kepada benda-benda keramat,
memajang patung-patung, memasukkan
ke rumah majalah/koran/Video
atau saluran internet dan TV (ini yang susah) yang tidak
islami, bergambar
mesum dan adegan
kekerasan, memperdengarkan lagu-lagu
yang tidak
menambah keimanan.
G. BERPERAN DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT
Keluarga islami harus memberikan kontribusi
yang cukup bagi
perbaikan
masyarakat sekitarnya :
"Serulah
(manusia) kepada jalan
Rabbmu dengan hikmah
dan pelajaran
yang baik dan
bantahlah mereka dengan
cara yang lebih
baik.
Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang
tersesat dari jalan-Nya
dan Dia-lah yang
lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk." (QS. 16:125)
Kita tidak bisa
hidup sendirian terpisah dari masyarakat. Betapapun taatnya
keluarga
tersebut terhadap norma-norma
ilahiyah, apabila sekitar
lingkungannya
tidak mendukung, pelarutan
nilai akan lebih
mudah terjadi,
terutama pada anak-anak.
Oleh sebab itu setiap
anggota keluarga islami diharuskan
memiliki semangat
berdawah yang tinggi, sesuai dengan profesi utama setiap
muslim adalah dai.
Suami harus dapat
mengatur waktu yang
seimbangan untuk Allah
S.W.T
(ibadah ritual), untuk
Keluarga (mendidik keluarga
serta bercengkrama
bersama istri dan
anak-anak), waktu untuk
ummat (mengisi ceramah,
mendatangi pengajian, menjadi pengurus mesjid, panitia
kegiatan keislaman)
dan waktu mencari nafkah. Begitu pula dengan istri harus diberi kesempatan
untuk bekiprah di jalan dawah ini memperbaiki muslimah
disekitarnya.
Bila pemahaman keislaman antara suami dan istri sekufu, maka
tenaga untuk
melakukan
manuver dawah keluar
akan lebih banyak,
karena suami tidak
perlu menyediakan waktu yang terlalu banyak untuk mengajari
istrinya. Begitu
pula istri mendukung dan memperlancar tugas suami dengan
ikhlas.
"Dan
orang-orang yang berkata:
"Ya Rabb kami,
anugerahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa."
(QS. 25:74)
Kita dapat membaca
sebagai referensi rumah
tangga islami yang
telah di
contohkan oleh Rosul S.A.W dan para sahabatnya.
Masih banyak yang harus
kita pelajari !
Sekian dulu, semoga ada manfaatnya terutama buat diri saya
yang lemah ini.
Kalau ada kata yang salah, mohon di maafkan