Kitab Jihad Dan
Ekspedisi
1. Boleh
menyerbu orang-orang kafir yang sudah pernah diajak memeluk agama Islam, tanpa
memberitahu lebih dahulu
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.:
Dari Nafik, ia berkata: Rasulullah saw. pernah
menyerbu Bani Mushthaliq di saat mereka dalam keadaan terlena serta hewan-hewan
ternak mereka sedang diminumkan dari sumber mata air. Lalu beliau membunuh
pasukan perang mereka, menangkap tawanan mereka dan pada hari itulah Rasulullah
mendapatkan Juwairiah binti Harits. Selanjutnya Nafik mengatakan: Abdullah bin
Umar menceritakan hadis ini kepadaku karena termasuk anggota pasukan Islam pada
saat itu. (Shahih Muslim No.3260)
2. Perintah
memberikan kemudahan dan tidak menakut-nakuti
-
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata:
Ketika Rasulullah saw. mengutus salah seorang
sahabatnya untuk melaksanakan suatu urusan, beliau akan bersabda: Sampaikanlah
kabar gembira dan janganlah menakut-nakuti serta permudahlah dan janganlah
mempersulit. (Shahih Muslim No.3262)
-
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah bersabda: Permudahlah dan
jangan mempersulit dan jadikan suasana yang tenteram jangan menakut-nakuti.
(Shahih Muslim No.3264)
3. Pengharaman
berkhianat
-
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Apabila Allah telah
mengumpulkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian pada hari
kiamat, maka akan diangkatlah sebuah panji untuk setiap pengkhianat lalu
dikatakan: Inilah pengkhianatan si fulan bin fulan. (Shahih Muslim No.3265)
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Mas`ud ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Untuk setiap
orang yang berkhianat akan diberikan sebuah panji pada hari kiamat yang
bertuliskan: Inilah pengkhianatan si fulan. (Shahih Muslim No.3268)
-
Hadis riwayat Anas
ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Untuk setiap orang yang
berkhianat akan diberikan sebuah panji pengenal pada hari kiamat. (Shahih Muslim
No.3270)
4. Boleh
bertipu-muslihat dalam perang
5. Makruh
mengharap bertemu musuh dan perintah untuk bersabar jika bertemu
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Abu Aufa ra.:
Dari Abu Nadhr, dari sepucuk surat yang ditulis
oleh seorang lelaki kaum Aslam, yang termasuk sahabat Nabi saw. yang bernama
Abdullah bin Abu Aufa. Kemudian ia mengirim surat kepada Umar bin Ubaidillah
ketika berangkat menuju Haruriah untuk memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah
saw. ketika bertemu dengan musuh, beliau menunggu sampai matahari condong ke
arah barat, lalu beliau berdiri di tengah-tengah pasukan dan bersabda: Hai
manusia sekalian! Janganlah kamu mengharapkan pertemuan dengan musuh dan
mohonlah kesehatan kepada Allah. Namun apabila kamu bertemu dengan mereka, maka
bersabarlah. Dan ketahuilah sesungguhnya surga itu berada di bawah bayang-bayang
pedang. Nabi saw. melanjutkan: Ya Allah, Tuhan Yang menurunkan kitab Alquran,
dan Tuhan Yang menjalankan awan serta Tuhan Yang mengalahkan pasukan-pasukan
musuh, berikanlah mereka kekalahan serta berikanlah kami kemenangan!. (Shahih
Muslim No.3276)
6. Haram
membunuh kaum wanita dan anak-anak kecil dalam perang
7. Boleh
membunuh kaum wanita dan anak-anak kecil dalam penyerangan di malam hari tanpa
disengaja
-
Hadis riwayat
Sha`ab bin Jatsamah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. ditanya tentang kaum
wanita dan anak-anak kecil musyrikin yang diserang pada malam hari lalu sebagian
kaum serta anak-anak keturunan mereka terbunuh. Beliau menjawab: Kaum wanita dan
anak-anak itu adalah termasuk bagian dari mereka. (Shahih Muslim
No.3281)
8. Boleh
menebang dan membakar pohon-pohon milik kaum kafir
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pernah menebang dan membakar
pohon milik Bani Nadhir yang berada di Buwairah. Di dalam hadisnya Qutaibah dan
Ibnu Rumeh menambahkan: Kemudian Allah Taala menurunkan ayat: Apa saja yang kamu
tebang dari pohon milik orang-orang kafir atau yang biarkan tumbuh berdiri di
atas pokoknya, maka semua itu adalah dengan izin Allah, karena Dia hendak
memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. (Shahih Muslim
No.3284)
9. Penghalalan
harta rampasan perang khusus untuk umat Islam
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Seorang nabi pernah
berperang, lalu ia berkata kepada kaumnya: Tidak boleh mengikutiku seorang
lelaki yang sudah mempunyai istri sedangkan ia ingin menggaulinya namun ia belum
juga menggaulinya. Tidak boleh juga bagi lelaki lain yang telah mendirikan
bangunan namun belum membuat atapnya. Juga bagi lelaki lain yang telah membeli
seekor kambing atau beberapa ekor unta bunting yang akan melahirkan sehingga ia
sedang menantikan kelahirannya. Beliau melanjutkan: Lalu berangkatlah ia
berperang, sampai ketika telah mendekati sebuah desa pada waktu menjelang salat
Asar, maka berkatalah ia kepada matahari: Hai matahari! Kamu diperintah dan aku
juga diperintah. Ya Allah! Tahanlah (peredaran) matahari itu sebentar saja agar
aku dapat menyerang. Maka tertahanlah matahari sehingga Allah memberikan
kemenangan kepadanya. Beliau melanjutkan: Kemudian mereka mengumpulkan harta
hasil rampasan perang agar disambar dan dimakan api namun ternyata api itu tidak
mau membakarnya. Nabi itu berkata: Di antara kalian masih ada yang berkhianat
mengambil harta rampasan dengan diam-diam! Maka hendaklah satu orang dari setiap
kabilah membaiatku! Mereka pun lalu segera membaiatnya. Namun ternyata tangan
salah seorang yang membaiat melekat dengan tangan nabi itu, maka ia berkata
lagi: Di antara kalian masih ada yang berkhianat mengambil harta rampasan dengan
sembunyi, maka hendaklah kabilahmu (orang yang tangannya melekat) membaiatku!
Lalu kabilahnya pun segera membaiat nabi itu. Kemudian ternyata tangan dua orang
atau tiga orang pemuda masih melekat dengan tangan nabi itu, sehingga ia berkata
lagi: Di antara kamu sekalian masih ada orang yang berkhianat mengambil harta
rampasan secara sembunyi dan kamu sekalian juga telah berkhianat! Lalu mereka
menyerahkan kepada nabi itu emas sebesar kepala sapi (yang telah mereka
sembunyikan). Kemudian mereka meletakkan emas itu tertumpuk dengan harta
rampasan tadi di tengah tanah lapang. Lalu datanglah api membakar habis semua
harta rampasan itu. Beliau bersabda: Harta rampasan perang itu sama sekali tidak
dihalalkan kepada satu umat pun sebelum kita. Hal itu karena Allah Taala
mengetahui kelemahan serta kekurangan kita, maka Allah menghalalkannya untuk
kita. (Shahih Muslim No.3287)
10. Membagikan
harta rampasan perang tambahan
-
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata:
Nabi saw. pernah mengutus satu pasukan perang, di mana
aku juga ikut di dalamnya, ke daerah Najed. Lalu mereka berhasil memperoleh
harta rampasan berupa unta yang cukup banyak. Mereka semua mendapat bagian dua
belas atau sebelas ekor unta dan masing-masing masih ditambah seekor lagi
sebagai tambahan. (Shahih Muslim No.3290)
-
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah membagikan harta rampasan
kepada kami sebagai tambahan selain jatah kami dari seperlima harta rampasan,
lalu aku memperoleh seekor unta tua. (Shahih Muslim No.3293)
11. Prajurit
yang membunuh berhak memperoleh rampasan musuh yang dibunuhnya
-
Hadis riwayat Abu
Qatadah ra., ia berkata:
Kami berangkat bersama Rasulullah saw. dalam perang
Hunain. Lalu pasukan Muslimin mengalami kekalahan dalam putaran pertama. Aku
melihat seorang lelaki musyrik hampir berhasil membunuh seorang prajurit Islam,
maka aku segera membalik diri dan mendekatinya dari arah belakang lalu dengan
cepat memenggal urat tengkuknya. Orang itu lalu mendekati dan memelukku sehingga
aku dapat mencium bau kematian lalu matilah ia dan aku pun terlepas dari
pelukannya. Setelah itu aku segera menyusul Umar bin Khathab, ia bertanya:
Apakah yang terjadi dengan orang-orang itu? Aku menjawab: Itu urusan Allah.
Tidak lama kemudian semua pasukan telah kembali dan Rasulullah saw. telah
mengambil tempat duduk, lalu beliau bersabda: Barang siapa yang berhasil
membunuh seorang prajurit musuh dan mempunyai bukti, maka ia berhak memperoleh
peralatan perang yang dipakai orang itu. Lalu aku segera berdiri dan berkata:
Siapa yang bersedia memberikan kesaksian bagiku? Setelah itu aku pun duduk, lalu
bangkit lagi dan bertanya: Siapakah yang bersedia bersaksi untukku? Kemudian aku
duduk lagi dan mengulangi pertanyaan untuk ketiga kalinya dan berdiri. Lalu
Rasulullah saw. bertanya: Ada apa denganmu, wahai Abu Qatadah? Aku lalu
menceritakan kepada beliau peristiwa tadi. Kemudian seorang lelaki dari mereka
berkata: Ia benar, wahai Rasulullah! Dan peralatan perang prajurit musuh yang
terbunuh itu ada padaku, maka berikanlah dia gantinya sesuai dengan haknya! Abu
Bakar Shiddiq lalu berkata: Tidak, demi Allah! Rasulullah saw. tidak akan
menyia-nyiakan usaha seorang prajurit Allah yang telah berjuang membela Allah
dan Rasul-Nya, lalu beliau memberikan kepadamu harta rampasannya! Rasulullah
saw. kemudian bersabda: Abu Bakar benar, maka berikanlah harta itu kepadanya!
Lalu orang itu pun menyerahkannya kepadaku. Qatadah berkata: Aku kemudian
menjual baju besi itu (hasil rampasan) untuk membeli sebidang kebun buah-buahan
di daerah Bani Salamah. Itulah harta yang pertama kali aku miliki selama aku
(memeluk) Islam. (Shahih Muslim No.3295)
-
Hadis riwayat
Abdurrahman bin Auf ra., ia berkata:
Ketika aku tengah berdiri dalam barisan
pada hari perang Badar, aku menoleh ke kiri dan ke kanan, ternyata aku diapit
oleh dua orang anak muda Ansar yang masih belia. Lalu aku berangan-angan
mengharap agar aku berada di tengah prajurit yang lebih kuat dari mereka.
Kemudian salah seorang dari mereka mengisyaratkan dengan kedipan mata kepadaku
dan bertanya: Wahai paman, apakah kamu mengenali Abu Jahal? Aku menjawab: Ya,
tapi apakah urusanmu dengan dia, wahai anak muda? Dia menjawab: Aku diberitahu
bahwa ia pernah menghina Rasulullah saw. Demi Tuhan Yang jiwaku berada di
tangan-Nya, bila aku melihatnya, maka aku tidak akan melepaskannya sehingga
salah seorang di antara kami ada yang mati terlebih dahulu. Aku kagum sekali
dengan keberanian anak muda itu. Lalu pemuda yang satu lagi mengedipkan mata
juga kepadaku dan mengatakan hal yang serupa. Tidak lama kemudian aku telah
melihat Abu Jahal bergerak di tengah-tengah kecamuk perang, lalu aku bertanya:
Tidakkah kalian berdua telah melihat musuh yang kalian tanyakan tadi? Lalu
mereka berdua segera berlomba-lomba ke arah Abu Jahal, lalu menikam dengan
pedang sehingga mereka berdua berhasil membunuhnya. Mereka berdua kemudian balik
menemui Rasulullah saw. untuk memberitahukan beliau. Rasulullah saw. lalu
bertanya: Siapakah di antara kamu berdua yang telah membunuhnya? Keduanya
menjawab: Akulah yang telah membunuhnya! Rasulullah saw. bertanya lagi: Apakah
kalian berdua telah membersihkan pedang? Mereka menjawab: Tidak! Rasulullah pun
segera memeriksa pedang mereka, lalu bersabda: Kamu berdua telah membunuhnya.
Namun Rasulullah saw. memutuskan harta rampasan dari Abu Jahal untuk Mu`adz bin
Amru bin Jamuh. Dan dua orang pemuda itu adalah Mu`adz bin Amru bin Jamuh dan
Mu`adz bin Afra'. (Shahih Muslim No.3296)
-
Hadis riwayat
Salamah bin Akwa` ra.:
Kami berperang bersama Rasulullah saw. melawan suku
Hawazin. Ketika kami sedang menikmati makan siang bersama Rasulullah saw.,
tiba-tiba datanglah seorang lelaki menunggangi seekor unta merah. Ia pun segera
menderumkan untanya, kemudian mencabut tali kulit dari kantongnya untuk menambat
unta. Setelah itu ia maju ikut menikmati makan siang bersama orang-orang yang
lain. Mulailah lelaki itu melepaskan pandangan, padahal saat itu di antara kami
ada yang merasa lelah dan lemas sehabis menunggang dan ada sebagian lain yang
berjalan kaki. Tiba-tiba saja lelaki itu keluar berlari ke arah untanya, lalu
melepaskan ikatannya kemudian menderumkan dan ia pun duduk di atasnya. Setelah
membangkitkan lagi, larilah unta itu dengan cepat membawanya, lalu seorang
lelaki lain mengikuti dari belakang dengan menunggang unta abu-abu. Salamah
berkata: Aku pun bergegas keluar mengejar sampai berhasil mencapai bagian
belakang unta, dan terus maju dan berhasil mengejarnya. Aku menghadangnya dan
berhasil menarik tali kekang unta lalu segera menderumkan. Ketika lutut orang
tak dikenal itu menyentuh tanah, aku bergegas mencabut pedang dan memenggal
kepala orang itu hingga jatuhlah dia. Lalu aku membawa unta itu sambil
menaikinya sedangkan bekal dan senjata orang tadi masih di atas. Rasulullah saw.
bersama yang lain lalu menyambutku dan bertanya: Siapakah yang membunuh lelaki
tak dikenal tadi? Mereka menjawab: Ibnu Akwa`. Beliau bersabda lagi: Maka dialah
yang berhak atas semua rampasan orang itu. (Shahih Muslim No.3298)
12. Hukum fai`
(kekayaan musuh yang berhasil dirampas tanpa perang)
-
Hadis riwayat Umar
ra., ia berkata:
Harta benda Bani Nadhir adalah termasuk kekayaan fai` yang
diberikan Allah kepada Rasul-Nya, yang diperoleh kaum Muslimin tanpa perang
dengan menunggang kuda atau unta. Harta rampasan itu khusus untuk Nabi saw. lalu
menafkahkan untuk istri-istri beliau selama setahun, sisanya beliau pergunakan
untuk membeli hewan angkutan serta persenjataan perang di jalan Allah. (Shahih
Muslim No.3301)
13. Sabda Nabi
saw.: Kami tidak mewariskan dan harta yang kami tinggalkan merupakan
sedekah
-
Hadis riwayat
Aisyah ra.:
Sesungguhnya istri-istri Rasulullah saw., ketika beliau wafat,
ingin mengutus Usman untuk menemui Abu Bakar meminta harta warisan mereka dari
Nabi saw. Aisyah lalu berkata kepada mereka: Bukankah Rasulullah saw. pernah
bersabda: Kami tidak mewariskan apa yang kami tinggalkan adalah harta sedekah.
(Shahih Muslim No.3303)
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Para warisku tidak akan
berbagi mewarisi satu dinar pun karena apa yang aku tinggalkan setelah untuk
nafkah istri-istriku dan upah pekerjaku adalah sebagai harta sedekah. (Shahih
Muslim No.3306)
14. Cara membagi
harta rampasan perang kepada orang yang ikut berperang
15. Mengikat dan
menahan tawanan perang serta boleh juga melepasnya
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. mengirim pasukan berkuda ke daerah
Najed lalu mereka datang kembali dengan membawa seorang tawanan lelaki dari Bani
Hanifah bernama Tsumamah bin Utsal, kepala penduduk Yamamah. Mereka lalu
mengikatnya pada salah satu tiang mesjid. Suatu hari Rasulullah saw. keluar
menemui tawanan tersebut. Beliau bertanya: Bagaimana keadaanmu, wahai Tsumamah?
Tawanan itu menjawab: Baik-baik saja, wahai Muhammad. Jika kamu mau membunuh,
maka bunuhlah orang yang memang pantas dibunuh. Jika kamu memberikan suatu
nikmat maka berikanlah kepada orang yang mau bersyukur. Dan jika kamu minta
harta maka akan aku beri berapa saja kamu mau. Rasulullah saw. lalu meninggalkan
tawanan tersebut. Esoknya, beliau menemuinya kembali. Beliau bertanya: Bagaimana
keadaanmu, wahai Tsumamah? Tawanan itu menjawab: Aku tidak mau bicara kepadamu.
Jika kamu memberikan satu nikmat, maka berikan kepada orang yang mau berterima
kasih. Jika kamu mau membunuh bunuhlah orang yang memang berhak untuk dibunuh.
Dan jika kamu menghendaki harta maka mintalah berapa saja kamu mau maka akan aku
beri, maka Rasulullah saw. meninggalkannya. Esoknya, peristiwa yang sama
berlangsung lagi. Kemudian Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat:
Lepaskanlah Tsumamah. Tsumamah lalu berangkat menuju ke sebuah telaga. Setelah
mandi ia lantas masuk mesjid dan berkata: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Wahai
Muhammad! Di muka bumi ini semula tidak ada wajah yang paling aku benci daripada
wajahmu. Tetapi sekarang wajahmulah yang paling aku suka di antara wajah-wajah
yang pernah aku jumpai. Semula tidak ada agama yang paling aku benci daripada
agamamu, dan sekarang hanya agamamulah yang paling aku sukai di antara
agama-agama yang pernah aku temui. Dahulu negerimulah yang paling aku benci,
tetapi sekarang negerimulah yang paling aku cintai di antara negeri-negeri yang
pernah aku kenal. Sesungguhnya pasukan berkudamu selalu mengawasiku, sedangkan
aku ingin melakukan umrah. Bagaimana ini? Rasulullah saw. lalu menyampaikan
berita gembira kepada Tsumamah bahwa ia diperbolehkan melakukan umrah. Ketika
sampai di kota Mekah, seseorang bertanya padanya: Apakah kamu sudah keluar dari
agamamu? Tsumamah menjawab: Tidak. Tetapi aku hanya sudah tunduk kepada
Rasulullah saw. Demi Allah, tidak akan ada sebutir biji gandum pun dari Yamamah
yang akan sampai kepadamu sebelum mendapatkan izin Rasulullah saw.. (Shahih
Muslim No.3310)
16. Mengusir
orang-orang Yahudi dari Hijaz
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Ketika kami sedang berada di mesjid, datanglah
Rasulullah saw. menghampiri kami dan bersabda: Marilah kita berangkat menemui
orang-orang Yahudi. Maka kami pun berangkat bersama beliau hingga tibalah kami
di daerah mereka. Lalu Rasulullah saw. berdiri dan berseru: Wahai orang-orang
Yahudi! Masuk Islamlah niscaya kamu akan selamat! Mereka menjawab: Kamu telah
menyampaikan hal itu, wahai Abul Qasim! Rasulullah saw. berkata lagi kepada
mereka: Itulah yang aku inginkan. Masuk Islamlah niscaya kamu akan selamat!
Mereka menjawab lagi: Kamu sudah menyampaikan hal itu, wahai Abul Qasim!
Rasulullah saw. menjawab: Itulah yang aku inginkan. Lalu Rasulullah mengajak
mereka untuk ketiga kali kemudian bersabda: Ketahuilah, sesungguhnya bumi ini
milik Allah dan Rasul-Nya. Dan sesungguhnya aku ingin mengusir kamu sekalian
dari bumi ini, maka barang siapa di antara kamu masih memiliki harta kekayaan
apapun, hendaklah ia jual. Kalau tidak, maka ketahuilah bahwa bumi ini hanya
milik Allah dan utusan-Nya. (Shahih Muslim No.3311)
-
Hadis riwayat Ibnu
Umar ra.:
Bahwa kaum Yahudi Bani Nadhir dan Bani Quraidhah selalu memerangi
Rasulullah saw., sehingga Rasulullah pun lalu mengusir Bani Nadhir dan
membiarkan Bani Quraidhah sekaligus membebaskan mereka. Namun setelah itu Bani
Quraidhah juga ikut memerangi, maka beliau pun lalu membunuh kaum lelaki mereka
serta membagikan kaum wanita, anak-anak kecil berikut harta benda mereka di
antara kaum muslimin. Kecuali mereka yang meminta perlindungan kepada Rasulullah
saw., maka beliau pun memberikan keamanan kepada mereka sehingga berimanlah
mereka. Rasulullah saw. juga mengusir orang-orang Yahudi Madinah seluruhnya,
yaitu; Bani Qainuqa` (kaum Abdullah bin Salam), Yahudi Bani Haritsah dan setiap
orang Yahudi yang berada di Madinah. (Shahih Muslim No.3312)
17. Boleh
memerangi orang yang melanggar perjanjian, dan boleh menerapkan hukum seorang
pemimpin yang adil serta ahli hukum kepada kaum yang bertahan di benteng
-
Hadis riwayat Abu
Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Penduduk Quraidhah hanya akan tunduk kepada
keputusan Sa`ad bin Mu`adz. Rasulullah saw. lalu mengutus kepada Sa`ad sehingga
datanglah Sa`ad menghadap beliau dengan menunggangi seekor keledai. Ketika ia
sudah mendekati mesjid, Rasulullah saw. bersabda kepada kaum Ansar: Sambutlah
pemimpin kamu sekalian atau orang yang terbaik di antara kalian! Kemudian beliau
bersabda: Sesungguhnya mereka hanya akan tunduk dengan keputusanmu. Sa`ad
menjawab: Kamu bunuh saja prajurit-prajurit perang mereka dan menawan anak
keturunan mereka. Lalu Nabi saw. menjawab: Kamu telah memutuskan dengan hukum
Allah. Atau barangkali beliau menjawab: Kamu telah memutuskan dengan hukum
seorang raja. Tetapi Ibnu Mutsanna tidak menyebutnya dengan perkataan tersebut.
(Shahih Muslim No.3314)
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., ia berkata:
Pada hari perang Khandaq, Sa`ad terluka karena
terkena lemparan anak panah seorang lelaki Quraisy yang bernama Ibnu Ariqah.
Lelaki itu memanahnya pada urat lengannya. Rasulullah saw. lalu mendirikan
sebuah kemah untuknya di dalam mesjid agar beliau sewaktu-waktu dapat
menjenguknya. Ketika kembali dari Khandaq, Rasulullah saw. segera meletakkan
senjatanya lalu mandi, sehingga datanglah Jibril di saat beliau tengah
menepiskan debu dari kepalanya lalu berkata: Kamu sudah meletakkan senjata, demi
Allah, kita tidak boleh meletakkannya! Keluarlah kepada mereka! Rasulullah saw.
bertanya: Ke mana? Jibril memberikan isyarat ke Bani Quraidhah. Rasulullah saw.
lalu memerangi mereka. Kemudian mereka tunduk pada keputusan Rasulullah saw.
namun beliau menyerahkan keputusan mereka itu kepada Sa`ad. Selanjutnya Sa`ad
mengatakan: Sesungguhnya aku memutuskan untuk membunuh mereka yang turut
berperang, menawan anak cucu serta perempuan-perempuan mereka, dan
membagi-bagikan harta benda mereka. (Shahih Muslim No.3315)
18. Bergegas
berperang dan mendahulukan yang lebih penting di antara dua hal yang
bertentangan
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
Ketika selesai perang Ahzab, Rasulullah
saw. berseru kepada kami: Tidak ada seorang pun yang salat Zuhur kecuali di
daerah Bani Quraidhah! Orang-orang yang khawatir tertinggal waktu salat, mereka
segera salat sebelum tiba di daerah Bani Quraidhah. Tetapi yang lain mengatakan:
Kami tidak akan melakukan salat kecuali di tempat yang telah diperintahkan oleh
Rasulullah saw. walaupun waktu salat berlalu. Ternyata Rasulullah saw. tidak
menyalahkan keduanya. (Shahih Muslim No.3317)
19. Kaum
Muhajirin mengembalikan lagi kepada kaum Ansar pemberian mereka berupa pohon dan
buah-buahan ketika mereka sudah merasa cukup dengan hasil penaklukan beberapa
negeri
-
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata:
Ketika kaum Muhajirin tiba di Madinah dari Mekah,
di mana mereka tiba tanpa memiliki sesuatu apa pun sementara kaum Ansar adalah
kaum yang memiliki tanah serta perkebunan kurma. Lalu kaum Ansar membagikan
kepada mereka atas dasar kaum Muhajirin akan mereka berikan setengah dari hasil
buah-buahan milik mereka setiap tahun serta nafkah secukupnya agar mereka tidak
perlu lagi bekerja dan biaya. Ummu Anas bin Malik atau yang biasa dipanggil Ummu
Sulaim dan Ummu Abdullah bin Abu Thalhah adalah saudara Anas seibu. Ummu Anas
bin Malik tersebut pernah memberikan buah kurma kepada Rasulullah saw. Kemudian
Rasulullah saw. memberikan kurma tersebut kepada Ummu Aiman, budak perempuannya,
yaitu ibu Usamah bin Zaid. Ibnu Syihab mengatakan: Aku pernah mendapat cerita
dari Anas bin Malik: Sesungguhnya Rasulullah saw. ketika selesai melakukan
pertempuran dengan penduduk Khaibar, lalu kembali ke Madinah, beliau melihat
orang-orang Muhajirin mengembalikan pemberian-pemberian yang pernah mereka
terima dari kaum Ansar. Demikian pula apa yang pernah diberikan oleh ibuku
kepada Rasulullah juga dikembalikan lagi dan Ummu Aiman diganti dengan kebun
Rasulullah saw.. (Shahih Muslim No.3318)
20. Boleh
memakan makanan dari harta rampasan perang di tempat pertempuran
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Mughaffal ra., ia berkata:
Pada hari perang Khaibar, aku
menemukan sebuah kantong kulit perbekalan yang berisi lemak. Aku pun segera
menyimpannya sambil berucap: Sekarang aku tidak akan memberikan seorang pun dari
perolehanku ini. Aku lalu menoleh, ternyata Rasulullah saw. sedang tersenyum
memandang ke arahku. (Shahih Muslim No.3320)
21. Surat
Rasulullah saw. kepada Hiraklius (Herkules) untuk mengajak masuk Islam
-
Hadis riwayat Abu
Sufyan ra., ia berkata:
Aku berangkat ke Syam pada masa perdamaian
Hudaibiah, yaitu perjanjian antara diriku dan Rasulullah saw. Ketika aku berada
di Syam, datanglah sepucuk surat dari Rasulullah saw. yang ditujukan ke
Hiraklius, Penguasa Romawi. Yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang
langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrah
menyerahkan kepada Hiraklius. Hiraklius lalu bertanya: Apakah di sini terdapat
seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Mereka menjawab: Ya!
Maka aku pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah
kami menghadap Hiraklius. Setelah mempersilakan kami duduk di hadapannya,
Hiraklius bertanya: Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya
dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Abu Sufyan berkata: Lalu aku
menjawab: Aku. Kemudian aku dipersilakan duduk lebih dekat lagi ke hadapannya
sementara teman-temanku yang lain dipersilakan duduk di belakangku. Kemudian
Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya: Katakanlah kepada
mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku
sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta.
Abu Sufyan berkata: Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai
pendusta, niscaya aku akan berdusta. Lalu Hiraklius berkata kepada juru
terjemahnya: Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di
kalangan kamu sekalian? Aku menjawab: Di kalangan kami, dia adalah seorang yang
bernasab baik. Dia bertanya: Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi
raja? Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai
pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab: Tidak. Dia
bertanya: Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang
yang lemah? Aku menjawab: Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia
bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang? Aku menjawab: Bahkan
mereka semakin bertambah. Dia bertanya: Apakah ada seorang pengikutnya yang
murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya? Aku
menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apakah kamu sekalian memeranginya? Aku menjawab:
Ya. Dia bertanya: Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu? Aku menjawab:
Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia
mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya. Dia bertanya: Apakah dia
pernah berkhianat? Aku menjawab: Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam
masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia
melanjutkan: Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat
jawaban selain ucapan di atas. Dia bertanya lagi: Apakah perkataan itu pernah
diucapkan oleh orang lain sebelum dia? Aku menjawab: Tidak. Selanjutnya
Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Katakanlah kepadanya, ketika aku
bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang
bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah
kaumnya. Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada
yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara
nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang
sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya. Lalu aku menanyakan kepadamu tentang
pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang
terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang
merekalah pengikut para rasul. Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu
sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan.
Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah
berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah. Aku juga bertanya
kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia
memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang
demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih.
Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu
menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi
sempurna. Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab
bahwa kamu sekalian sering memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara
kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain
kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji,
namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan. Aku juga
menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak
pernah berkhianat. Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah
berkhianat. Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan
apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada
seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan
bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan
sebelumnya. Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia
perintahkan kepadamu? Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan salat, membayar
zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan
tercela. Hiraklius berkata: Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah
benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa
dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu
sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku
pasti akan senang bertemu dengannya. Dan seandainya aku berada di sisinya,
niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti
kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini. Dia
melanjutkan: Kemudian Hiraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah saw.
lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut: Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk
Hiraklius, Penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada
orang-orang yang mau mengikuti kebenaran. Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu
memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya
Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. Jika kamu berpaling dari ajakan
yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu. (Wahai Ahli
Kitab, marilah kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling
maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri kepada Allah). Selesai ia membaca surat tersebut, terdengarlah
suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu ia memerintahkan sehingga kami pun
segera dikeluarkan. Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang
menuju keluar: Benar-benar telah tersiar ajaran Ibnu Abu Kabasyah, dan
sesungguhnya ia benar-benar ditakuti oleh Raja Romawi. Abu Sufyan berkata: Aku
masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah saw. bahwa ia akan tersiar
luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku.
(Shahih Muslim No.3322)
22. Peristiwa
perang Hunain
-
Hadis riwayat
Barra` ra.:
Seorang lelaki berkata kepada Barra`: Wahai Abu Umarah, apakah
kamu sekalian lari menyelamatkan diri pada waktu perang Hunain? Barra` menjawab:
Tidak, demi Allah. Rasulullah saw. sama sekali tidak berpaling. Namun saat itu
muncullah beberapa orang sahabat beliau yang masih muda dan gesit tanpa baju
besi dan perisai serta senjata. Lalu mereka berjumpa dengan sekelompok pasukan
pemanah yang terus melemparkan anak panah ke arah orang-orang Hawazin dan Bani
Nashr sehingga mereka berhasil menghujani dengan anak panah yang hampir tidak
pernah meleset. Mereka lalu menghampiri Rasulullah saw. yang sedang berada di
atas bagal putihnya. Sementara itu Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthalib
menuntunnya, lalu turunlah beliau untuk meminta pertolongan dengan berseru: Aku
adalah seorang nabi, bukan dusta Aku adalah cucu Abdul Muthalib. Kemudian beliau
menyusun barisan tentaranya. (Shahih Muslim No.3325)
23. Pertempuran
Thaif
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Amru ra., ia berkata:
Rasulullah saw. mengepung penduduk Thaif,
namun tidak berhasil mengalahkan mereka sama sekali. Lalu beliau bersabda: Insya
Allah kita akan pulang. Para sahabat bertanya: Kita akan kembali padahal kita
belum berhasil menaklukkannya? Rasulullah saw. bersabda kepada mereka:
Teruskanlah berperang! Mereka pun segera melanjutkan peperangan sehingga
sebagian mereka menderita luka-luka. Berkatalah Rasulullah saw. kepada mereka:
Kita akan pulang esok hari! Mereka terheran-heran dengan sabda beliau itu, lalu
Rasulullah saw. tersenyum. (Shahih Muslim No.3329)
24. Membersihkan
sekeliling Kakbah dari berhala-berhala
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Mas`ud ra., ia berkata:
Ketika Nabi saw. memasuki Mekah, di
sekitar Kakbah terdapat patung berhala sebanyak tiga ratus enam puluh buah.
Mulailah Nabi saw. merobohkannya dengan tongkat kayu di tangannya seraya membaca
ayat: Telah datang kebenaran dan musnahlah kebatilan, karena sesungguhnya
kebatilan itu adalah sesuatu yang pasti musnah. Kebenaran telah datang dan yang
batil itu tidak akan memulai dan tidak pula akan mengulangi. Ibnu Abu Umar
menambahkan: Peristiwa itu terjadi pada saat penaklukan kota Mekah. (Shahih
Muslim No.3333)
25. Perdamaian
Hudaibiah di Hudaibiah
-
Hadis riwayat
Barra` bin `Azib ra., ia berkata:
Ali bin Abu Thalib menuliskan naskah
perdamaian antara Nabi saw. dengan orang-orang musyrik pada hari perjanjian
Hudaibiah. Lalu Ali menuliskan: Inilah perjanjian yang dikukuhkan oleh Muhammad
Rasulullah. Orang-orang musyrik berkata: Janganlah kamu menuliskan kata
"Rasulullah", karena kalau kami mengetahui bahwa engkau adalah Rasulullah,
niscaya kami tidak akan memerangimu. Maka Rasulullah saw. menyuruh Ali:
Hapuslah! Ali menjawab: Bukan aku yang harus menghapusnya. Lalu Nabi saw.
menghapus sendiri dengan tangannya. Termasuk syarat yang mereka tetapkan adalah
kaum muslimin harus memasuki kota Mekah dan menetap di sana selama tiga hari
tanpa senjata kecuali sarung-sarung pedang. Aku bertanya kepada Abu Ishaq:
Apakah julubban itu? Ia berkata: Sarung dan pedangnya. (Shahih Muslim
No.3335)
-
Hadis riwayat Sahal
bin Hunaif ra.:
Dari Abu Wail ra. ia berkata: Pada perang Shiffin, Sahal bin
Hunaif berdiri dan berkata: Wahai manusia! Tuduhlah diri kamu sekalian, kita
telah bersama Rasulullah saw. pada hari perjanjian Hudaibiah. Seandainya kita
memilih berperang, niscaya kita akan berperang. Peristiwa itu terjadi pada waktu
perjanjian damai antara Rasulullah saw. dengan kaum musyrikin. Lalu datanglah
Umar bin Khathab menemui Rasulullah saw. dan bertanya: Wahai Rasulullah,
bukankah kita ini di pihak yang benar dan mereka di pihak yang batil? Rasulullah
saw. menjawab: Benar. Ia bertanya lagi: Bukankah prajurit-prajurit kita yang
terbunuh berada di surga dan prajurit-prajurit mereka yang terbunuh berada di
neraka? Rasulullah saw. kembali menjawab: Benar. Ia bertanya lagi: Kalau begitu,
mengapa kita memberikan kehinaan bagi agama kita lalu kembali pulang padahal
Allah belum memutuskan siapa yang menang antara kita dan mereka? Rasulullah saw.
bersabda: Wahai Ibnu Khathab! Sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah.
Percayalah, Allah tidak akan menyia-nyiakan aku selamanya. Lalu Umar bertolak
kembali dalam keadaan tidak sabar dan emosi menemui Abu Bakar dan berkata: Wahai
Abu Bakar! Bukankah kita ini di pihak yang benar dan mereka itu di pihak yang
batil? Abu Bakar menjawab: Benar. Umar bertanya: Bukankah prajurit-prajurit kita
yang terbunuh akan masuk surga dan prajurit-prajurit mereka yang terbunuh akan
masuk neraka? Abu Bakar menjawab: Benar. Umar bertanya lagi: Kalau demikian,
mengapa kita harus memberikan kehinaan kepada agama kita dan kembali pulang
(Madinah) padahal Allah belum memutuskan siapa yang menang antara kita dan
mereka. Abu Bakar menjawab: Wahai Ibnu Khathab! Sesungguhnya beliau itu adalah
utusan Allah. Percayalah, Allah selamanya tidak akan menyia-nyiakan beliau.
Selanjutnya turunlah ayat Alquran atas Rasulullah saw. membawa berita kemenangan
lalu beliau mengutus seseorang menemui Umar untuk membacakan ayat itu kepadanya.
Umar bertanya: Wahai Rasulullah, apakah ini tanda kemenangan? Beliau menjawab:
Ya. Kemudian legalah hati Umar dan ia pun segera berlalu. (Shahih Muslim
No.3338)
-
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata:
Ketika turun ayat: Sesungguhnya Kami telah
berikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu
sampai pada firman-Nya: Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di
sisi Allah. Sepulang dari Hudaibiah, mereka digeluti rasa sedih bercampur
gundah. Setelah beliau menyembelih kurban di Hudaibiah. Beliau bersabda: Telah
diturunkan kepadaku sebuah ayat yang lebih aku sukai daripada seluruh isi dunia.
(Shahih Muslim No.3341)
26. Perang
Uhud
-
Hadis riwayat Sahal
bin Sa`ad ra.:
Bahwa dia ditanya tentang luka Rasulullah saw. dalam perang
Uhud, Sahal menjawab: Wajah Rasulullah saw. terluka, gigi seri beliau patah
serta topi perang beliau juga hancur. Fatimah putri Rasulullah saw. lalu
membersihkan darah beliau sementara Ali bin Abu Thalib menuangkan air ke atas
luka dengan menggunakan perisai. Ketika Fatimah melihat ternyata air hanya
menambah pendarahan, ia lalu mengambil sepotong tikar dan membakarnya hingga
menjadi abu. Kemudian Fatimah menempelkan abu tersebut pada luka beliau hingga
berhentilah aliran darah itu. (Shahih Muslim No.3345)
-
Hadis riwayat
Abdullah bin Mas`ud ra., ia berkata:
Seakan-akan aku melihat Rasulullah saw.
tengah mengisahkan kisah seorang nabi yang dipukul oleh kaumnya sambil beliau
mengusap darah dari wajahnya dan berdoa: Ya Tuhanku! Berilah ampunan kepada
kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. (Shahih Muslim
No.3347)
27. Murka Allah
kepada orang yang telah dibunuh oleh Rasulullah saw.
-
Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Allah sangat murka
kepada kaum yang berani melakukan perbuatan ini terhadap Rasul-Nya, sambil
menunjuk gigi serinya. Kemudian beliau bersabda lagi: Sangat besar murka Allah
terhadap seorang lelaki yang telah dibunuh Rasulullah saw. di jalan Allah Yang
Maha Mulia lagi Maha Agung. (Shahih Muslim No.3348)
28. Siksaan yang
diderita Rasulullah saw. dari pihak musyrikin dan munafikin
-
Hadis riwayat Ibnu
Mas`ud ra., ia berkata:
Ketika Rasulullah saw. sedang salat di dekat Kakbah
dan Abu Jahal beserta kawan-kawannya sedang duduk padahal sehari sebelumnya unta
kurban telah disembelih. Berkatalah Abu Jahal: Siapakah di antara kamu sekalian
yang mau beranjak ke kotoran unta Bani fulan itu lalu mengambilnya dan
meletakkannya di atas kedua pundak Muhammad sewaktu ia sujud? Bangkitlah seorang
yang paling jahat di antara mereka dan segera mengambil kotoran itu. Di saat
Nabi saw. bersujud, ia meletakkan kotoran itu di atas kedua pundak beliau. Lalu
mereka pun tertawa terpingkal-pingkal sambil satu sama lain saling melirik
sedangkan aku berdiri menyaksikan kejadian itu. Seandainya aku mempunyai
kekuatan, niscaya akan aku buang kotoran itu dari punggung Rasulullah saw.
Rasulullah saw. tetap saja masih bersujud, tidak mengangkat kepalanya hingga
seorang lelaki untuk mengabarkan kepada Fatimah. Kemudian datanglah Fatimah,
yang saat itu masih gadis kecil, membuang kotoran dari tubuh beliau lalu
menghampiri ke arah mereka sambil mencaci-maki. Setelah Nabi saw. selesai salat,
beliau mengangkat suara kemudian berdoa memohon bencana atas mereka. Rasulullah
saw. jika berdoa, berdoa tiga kali dan jika memohon, juga memohon tiga kali.
Kemudian beliau bersabda: Ya Allah, aku serahkan kepadamu orang-orang kafir
Quraisy tersebut. Doa ini beliau baca tiga kali. Ketika mendengar suara Nabi
saw. itu, terhentilah tawa mereka. Mereka benar-benar merasa takut akan doa
beliau tersebut. Kemudian Nabi saw. berdoa lagi: Ya Allah, aku serahkan kepadamu
Abu Jahal bin Hisyam, Utbah bin Rabi`ah, Syaibah bin Rabi`ah, Walid bin Uqbah,
Umayyah bin Khalaf, Uqbah bin Abu Mu`aith (yang ketujuh aku tidak ingat
namanya). Demi Tuhan Yang mengutus Muhammad saw. dengan membawa kebenaran.
Sungguh aku melihat orang-orang yang beliau sebutkan itu semua terbunuh dalam
perang Badar. Kemudian jasad mereka diseret ke dalam sumur tua, yaitu sumur tua
yang ada di Badar. (Shahih Muslim No.3349)
-
Hadis riwayat
Aisyah ra., istri Nabi saw.:
Bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah
saw.: Wahai Rasulullah, apakah engkau pernah mengalami suatu hari yang lebih
pedih dari hari perang Uhud? Rasulullah saw. menjawab: Aku sering mendapatkan
(sesuatu yang menyakitkan) dari kaummu. Dan yang paling menyakitkan adalah
peristiwa hari Aqabah, ketika aku sedang mengajak Ibnu Abdi Yalil bin Abdu Kulal
masuk Islam namun ia tidak menyambut ajakan yang aku inginkan. Aku pun segera
beranjak pergi dengan hati sedih dan tidak sadar diri kecuali setelah tiba di
daerah Qarnu Tsa`alib. Aku lalu menengadahkan kepalaku ke arah langit, tiba-tiba
tampaklah segumpal awan menaungiku. Aku pun menatapnya, ternyata Jibril berada
di sana dan berseru kepadaku kemudian berkata: Sesungguhnya Allah telah
mendengar ucapan kaummu dan jawaban mereka terhadapmu. Dan Allah telah mengutus
malaikat gunung kepadamu agar kamu dapat memerintahkan kepadanya apa yang kamu
inginkan atas mereka. Lalu malaikat gunung berseru kepadaku serta mengucapkan
salam dan berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah telah mendengar ucapan
kaummu kepadamu dan aku adalah malaikat gunung yang telah diutus Tuhanmu
kepadamu agar kamu dapat memerintahkan kepadaku sesuai dengan perintahmu dan
dengan apa yang kamu inginkan. Jika kamu menginginkan, aku dapat menimpahkan
mereka dengan dua gunung itu. Rasulullah saw. lalu menjawab: Tidak, bahkan aku
berharap semoga Allah melahirkan dari keturunan mereka orang-orang yang akan
menyembah Allah semata serta tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. (Shahih
Muslim No.3352)
-
Hadis riwayat
Jundub bin Sufyan ra., ia berkata:
Pernah jari tangan Rasulullah saw.
terluka berdarah dalam suatu pertempuran. Kemudian beliau bersabda: Kamu
hanyalah sebuah jari yang telah berdarah, dan di jalan Allah kamu menemui ini.
(Shahih Muslim No.3353)
-
Hadis riwayat
Jundub ra., ia berkata:
Telah cukup lama Jibril tidak turun membawa wahyu
kepada Rasulullah saw., lalu kaum musyrikin berkata: Muhammad telah
ditinggalkan. Maka Allah kemudian menurunkan firman-Nya: Demi waktu matahari
sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada
meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu. (Shahih Muslim
No.3354)
29. Doa Nabi
saw. dan kesabaran beliau menanggung siksaan orang-orang munafik
-
Hadis riwayat
Usamah bin Zaid ra.:
Bahwa Nabi saw. pernah menunggangi seekor keledai
berpelana yang di bawahnya terdapat sepotong selimut tua buatan Fadak sambil
membonceng Usamah di belakangnya untuk menjenguk Sa`ad bin Ubadah di
perkampungan Bani Harits bin Khazraj sebelum perang Badar. Hingga lewatlah
beliau di hadapan sekelompok orang-orang campuran terdiri dari kaum muslimin,
kaum musyrikin penyembah berhala dan orang-orang Yahudi. Di antara mereka
terdapat Abdullah bin Ubay dan Abdullah bin Rawahah. Ketika sekumpulan orang itu
(majelis) telah penuh diselubungi debu bekas gerak tapak kaki binatang,
menutuplah Abdullah bin Tuhanmu hidungnya dengan kain serban sambil berucap:
Janganlah kamu sekalian menerbangkan debu-debu ke sekeliling kita! Kemudian Nabi
saw. segera mengucapkan salam kepada mereka lalu berhenti menuruni keledainya
untuk mengajak mereka beriman kepada Allah serta membacakan kepada mereka
ayat-ayat Alquran. Berkatalah Abdullah bin Ubay: Hai, tidak adakah yang lebih
baik dari ini! Jika benar apa yang kamu katakan, maka janganlah kamu mengganggu
kami dalam majelis ini, serta kembalilah ke rumahmu dan jika ada dari kami yang
datang kepadamu, maka ceritakanlah kepadanya. Abdullah bin Rawahah lalu berkata:
Datanglah dalam majelis kami ini, karena kami menyukai hal itu. Setelah itu kaum
muslimin, kaum musyrikin serta orang-orang Yahudi saling mencaci-maki hingga
mereka hampir saling berbaku-hantam sedangkan Nabi saw. terus berusaha
menenangkan mereka. Kemudian beliau segera menunggangi keledainya sampai tiba di
tempat Sa`ad bin Ubadah. Lalu beliau berkata: Wahai Sa`ad, apakah kamu tidak
mendengar apa yang dikatakan oleh Abu Hubab (yang beliau maksud adalah Abdullah
bin Ubay). Ia berkata begini dan begini? Sa`ad menjawab: Maafkanlah ia, wahai
Rasulullah! Sekali lagi maafkanlah! Demi Allah, Allah telah memberikan kepada
engkau apa yang telah Ia berikan. Sesungguhnya penduduk Madinah ini sudah
sepakat untuk memberikannya mahkota kepemimpinan serta mengangkatnya sebagai
raja. Lalu ketika Allah menghalangi hal itu dengan misi kebenaran yang telah
diberikan-Nya kepadamu, menjadi bencilah ia sehingga ia melakukan apa yang telah
engkau saksikan. Nabi pun lalu memaafkannya. (Shahih Muslim No.3356)
-
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata:
Dikatakan kepada Nabi saw.: Bagaimana kalau
engkau datang menemui Abdullah bin Ubay? Bertolaklah beliau menemuinya di tanah
lapang yang gundul dengan menunggang seekor keledai diikuti oleh beberapa orang
kaum muslimin. Saat Nabi saw. tiba di hadapannya, ia berkata: Menjauhlah dariku,
demi Allah, bau busuk keledaimu sangat menggangguku! Berkatalah seorang lelaki
Ansar: Demi Allah, keledai Rasulullah saw. adalah lebih harum baunya dari
dirimu. Marahlah seorang lelaki lain dari kaum Abdullah untuk membelanya,
sehingga pengikut masing-masing marah untuk membela keduanya bahkan terjadilah
baku-hantam di antara mereka dengan pelepah kurma, tangan serta sandal. Lalu
sampailah kepada kami bahwa ayat ini turun menyinggung tentang mereka: Dan jika
ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara
keduanya. (Shahih Muslim No.3357)
30. Terbunuhnya
Abu Jahal
-
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Siapakah yang berani
membela kami dari apa yang telah diperbuat Abu Jahal? Lalu Ibnu Mas`ud segera
berangkat, namun sayang ia mendapati Abu Jahal telah ditikam oleh dua putra
Afra' hingga jatuh tersungkur. Lalu ia menarik jenggot Abu Jahal dan berkata:
Kamukah Abu Jahal itu? Ia menjawab: Apakah kamu melakukan ini di atas orang yang
telah kamu bunuh? Atau ia berkata: Yang telah dibunuh oleh kaumnya. Abu Mijlaz
berkata: Abu Jahal berkata: Alangkah senangnya bila yang membunuhku bukan
orang-orang petani. (Shahih Muslim No.3358)
31. Terbunuhnya
Kaab bin Asyraf, gembong Yahudi
-
Hadis riwayat Jabir ra., ia berkata:
Rasulullah saw.
bertanya: Siapakah yang bersedia membunuh Kaab bin Asyraf? Karena ia telah
menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Menjawablah Muhammad bin Maslamah: Wahai
Rasulullah, apakah engkau ingin aku membunuhnya? Rasulullah saw. menjawab: Ya.
Ia berkata lagi: Tetapi izinkanlah aku bicara! Rasulullah saw. menjawab:
Silakan! Dia pun segera mendatanginya dan berkata kepadanya serta menyebutkan
perihal yang ada antara keduanya. Ia berkata: Sesungguhnya lelaki ini dan ia
telah menimbulkan kesulitan pada kita. Setelah ia mendengarnya, ia berkata: Demi
Allah, kamu sekalian juga akan merasa kesusahan karenanya. Ia berkata:
Sesungguhnya sekarang kami telah mengikutinya dan kami tidak ingin melepasnya
sebelum kami mengetahui akan jadi apa nasibnya. Ia berkata: Aku ingin kamu dapat
meminjamkan sesuatu kepadaku? Kaab bertanya: Apa jaminannya? Maslamah menjawab:
Apa yang kamu inginkan? Kaab menjawab: Aku ingin kamu menggadaikan kepadaku
istri-istrimu. Maslamah berkata: Kamu adalah orang Arab yang paling tampan,
bagaimana kami akan menggadaikan kepadamu istri-istri kami? Kaab berkata: Kalau
begitu kamu gadaikan saja anak-anakmu kepadaku. Maslamah berkata: Nanti anak
seorang di antara kami akan dicaci. Dikatakan: Dia digadaikan dengan dua wasak
kurma (sejenis takaran). Tetapi kami akan menggadaikan senjata kepadamu. Kaab
berkata: Baiklah aku setuju. Muhammad bin Maslamah lalu berjanji kepada Kaab
bahwa ia akan datang kepadanya dengan ditemani Harits, Abu Abbas bin Jabr serta
Abbad bin Bisyr. Lalu mereka datang dan menyerunya di malam hari kemudian ia pun
turun menemui mereka. Sofyan berkata: Seorang selain Amru berkata: Istri Kaab
berkata kepadanya: Sesungguhnya aku mendengar sebuah suara seperti suara seorang
pembunuh. Kaab menjawab: Sesungguhnya itu adalah suara Muhammad bin Maslamah
beserta saudara sepersusuannya dan Abu Na`ilah. Sesungguhnya seorang ksatria
meskipun dipanggil untuk ditikam di malam hari pasti akan memenuhinya. Muhammad
berkata: Sesungguhnya aku bila ia telah datang akan segera mengarahkan tanganku
ke kepalanya. Dan bila aku telah memberi kesempatan, maka silakan orang yang
paling dekat di antara kamu. Ketika ia turun, ia pun turun dengan membawa
senjata. Mereka lalu berkata: Kami mencium bau wangi dari tubuhmu? Ia menjawab:
Ya. Aku baru saja memeluk si fulanah seorang wanita Arab yang paling wangi bau
badannya. Muhammad bin Maslamah berkata: Apakah kamu mengizinkan aku mencium
baunya? Kaab menjawab: Silakan! Maka Muhammad bin Maslamah menciumnya. Kemudian
ia berkata lagi: Apakah kamu mengizinkan aku untuk kembali? Lalu berhasillah
Maslamah menarik kepalanya, lalu berkata: Silakan giliran kamu sekalian!
Sehingga mereka berhasil membunuhnya. (Shahih Muslim No.3359)
32. Perang
Khaibar
-
Hadis riwayat
Salamah bin Akwa` ra., ia berkata:
Kami keluar bersama Rasulullah saw.
menuju Khaibar, lalu kami berjalan secara berkelompok di malam hari. Salah
seorang dari mereka (kaum) bertanya kepada Amir bin Akwa`, seorang penyair:
Tidak inginkah kamu memperdengarkan syair-syairmu kepada kami? Amir bin Akwa`
lalu memenuhi permintaan itu sambil memberikan semangat kepada unta-unta mereka
supaya cepat berjalan, ia bersyair: Ya Allah, sekiranya tidak ada Engkau, maka
kami tidak akan mendapat petunjuk, tidak pula kami bersedekah serta mendirikan
salat. Sebagai tebusan untuk Engkau, ampunilah apa yang telah kami kerjakan,
teguhkanlah pendirian kami saat kami berhadapan dengan musuh. Dan berilah kami
ketenangan, sesungguhnya kami bila telah diserukan (berperang) pasti kami segera
datang. Dan dengan seruan saja, mereka akan meminta bantuan untuk menghadapi
kami. Rasulullah saw. lalu bertanya: Siapa yang bersenandung itu? Mereka
menjawab: Amir. Rasulullah saw. bersabda: Semoga Allah merahmatinya. Seorang
lelaki dari mereka tiba-tiba mengatakan: Sudah pastilah (dia akan meninggal),
wahai Rasulullah! Seandainya engkau menunda doamu sehingga kami dapat menikmati
bersahabat dengannya. Kami lalu mendatangi Khaibar dan segera mengepung mereka
hingga kami menderita kelaparan yang sangat. Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya Allah akan memberikan kemenangan kepada kamu sekalian untuk
menaklukkannya (Khaibar). Pada sore harinya ketika Khaibar sudah berhasil
ditaklukkan, para sahabat menyalakan banyak api hingga bertanyalah Rasulullah
saw.: Untuk apakah api-api ini? Apakah yang sedang kamu bakar? Mereka menjawab:
Kami sedang membakar daging. Rasulullah saw. bertanya: Daging apa? Mereka
menjawab: Daging keledai-keledai piaraan. Rasulullah saw. kemudian bersabda:
Tumpahkanlah serta pecahkankanlah periuk-periuknya! Seorang sahabat bertanya:
Bagaimana kalau mereka tumpahkan kemudian dicuci? Rasulullah bersabda: Atau
begitu juga bisa. Ketika pasukan telah berbaris, Amir menghunus pedangnya yang
berukuran pendek untuk menikam betis seorang Yahudi namun sayang mata pedangnya
itu ternyata berbalik mengenai lutut Amir hingga ia pun mati syahid karenanya.
Ketika mereka kembali pulang, Salamah berkata sambil memegang tanganku. Tetapi
ketika Rasulullah saw. melihatku hanya terdiam, beliau bertanya: Apakah yang
kamu sedihkan? Aku menjawab: Demi engkau bapak dan ibuku menjadi tebusan! Mereka
berpendapat bahwa perbuatan Amir telah sia-sia. Rasulullah saw. bertanya:
Siapakah yang berkata demikian? Aku menjawab: Fulan dan fulan serta Usaid bin
Hudhair Al-Anshari. Rasulullah saw. bersabda: Tidak benar orang yang berkata
demikian, bahkan ia akan memperoleh dua pahala. Sambil menyatukan dua jarinya
beliau berkata: Sesungguhnya Amir adalah seorang yang telah berusaha keras serta
seorang pejuang. Amat sedikit orang Arab yang berjalan sepertinya. (Shahih
Muslim No.3363)
33. Pertempuran
Ahzab atau Khandaq
-
Hadis riwayat
Barra` ra., ia berkata:
Pada perang Ahzab, Rasulullah saw. bersama kami ikut
mengangkut pasir hingga debu pun menutupi warna putih perut beliau yang sedang
bersenandung: Demi Allah! Seandainya tidak karena Engkau niscaya kami tidak akan
mendapat petunjuk, tidak pula bersedekah serta mendirikan salat. Turunkanlah
ketenangan atas diri kami, sesungguhnya para sanak-famili banyak yang telah
enggan dengan dakwah kami. Atau terkadang beliau dengan mengangkat suara
melantunkan: Sesungguhnya orang-orang terpandang dari kaum itu menolak dakwah
kami. Jika mereka menghendaki fitnah, maka kami pun enggan. (Shahih Muslim
No.3365)
-
Hadis riwayat Sahal
bin Sa`ad ra., ia berkata:
Rasulullah saw. datang menghampiri kami ketika
sedang menggali parit serta mengangkuti pasir di atas pundak-pundak kami. Lalu
Rasulullah saw. bersabda: Ya Allah, tidak ada kehidupan kecuali kehidupan
akhirat, maka ampunilah dosa kaum Muhajirin dan Ansar. (Shahih Muslim
No.3366)
-
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Ya Allah, tidak ada
kehidupan kecuali kehidupan akhirat, maka ampunilah dosa kaum Ansar dan
Muhajirin. (Shahih Muslim No.3367)
34. Perang Dzu
Qarad dan lainnya
-
Hadis riwayat
Salamah bin Akwa` ra., ia berkata:
Sebelum azan Subuh dikumandangkan, aku
keluar rumah sementara unta Rasulullah saw. masih bergembala di Dzu Qarad. Lalu
seorang budak lelaki Abdurrahman bin Auf yang masih muda belia bertemu denganku
dan berkata: Unta Rasulullah saw. telah dicuri! Aku bertanya: Siapakah yang
telah mencurinya? Ia menjawab: Bani Ghathafan. Aku pun segera berteriak tiga
kali: Tolong, tolong, tolong! Aku berharap suaraku itu dapat didengar oleh
seluruh penduduk Madinah. Dengan cepat aku meluncur hingga berhasil mengejar
mereka di Dzu Qarad. Mereka rupanya sedang mengambil air di sana. Mulailah aku
melempari mereka dengan anak panah sambil bersyair: Aku adalah putra Akwa`, hari
ini adalah hari kebinasaan bagi orang yang hina. Aku terus bersenandung hingga
aku berhasil merebut kembali unta Rasulullah serta merampas dari mereka sebanyak
tiga puluh pakaian. Lalu datanglah Nabi saw. bersama beberapa orang. Aku berkata
kepada beliau: Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku telah berhasil melindungi air
itu dari mereka di saat mereka kehausan. Sekarang utuslah kepada mereka! Nabi
saw. lalu bersabda: Wahai putra Akwa`, kamu telah berhasil mengalahkan mereka,
maka tetaplah berlaku lembut! Kemudian kami semua kembali sedangkan dibonceng
oleh Rasulullah saw. menunggangi unta beliau sampai kami memasuki Madinah.
(Shahih Muslim No.3371)
35. Peperangan
kaum wanita bersama kaum lelaki
-
Hadis riwayat Anas
bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah saw. pernah berperang bersama Ummu
Sulaim serta beberapa orang kaum wanita Ansar. Ketika beliau sedang bertempur,
mereka membantu memberi minum serta mengobati para prajurit yang terluka.
(Shahih Muslim No.3375)
36. Jumlah
peperangan yang diikuti oleh Nabi saw.
-
Hadis riwayat
Buraidah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. ikut berperang sebanyak sembilan
belas kali, delapan di antaranya beliau ikut terjun langsung dalam pertempuran.
(Shahih Muslim No.3384)
-
Hadis riwayat
Salamah ra., ia berkata:
Aku pernah ikut berperang bersama Rasulullah saw.
sebanyak tujuh kali, serta pernah ikut serta dalam pasukan perang yang diutus
beliau sembilan kali. Terkadang kami dipimpin oleh Abu Bakar dan terkadang juga
dipimpin oleh Usamah bin Zaid. (Shahih Muslim No.3386)
37. Perang
Dzaturriqa`
-
Hadis riwayat Abu
Musa ra., ia berkata:
Kami berjumlah enam orang pernah berangkat bersama
Rasulullah saw. dalam suatu peperangan. Kami hanya memiliki seekor unta yang
kami tunggangi secara bergantian hingga terkelupaslah kulit-kulit tapak kaki
kami begitu juga dengan kedua tapak kakiku bahkan kuku-kukuku banyak yang
tanggal. Lalu kami pun membalut kaki-kaki kami dengan potongan kain, maka
disebutlah perang Zaturriqa` (riqa` = potongan-potongan kain). Karena kami
membalut kaki-kaki kami dengan potongan kain. (Shahih Muslim
No.3387)