Metodologi Penelitian Hukum
ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN
Ilmu Pengetahuan
Ilmu lahir karena manusia
diberikan Tuhan sifat ingin tahu, rasa ingin tahu seseorang terhadap permasalah
disekelilingnya, baik berupa fenomena alam atau fenomena sosial, semua itu memberikan kecenderungan beranjak kepada rasa
keingintahuan ilmiah. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan dengan mempelajari
fenomena sosial yang ada dan terbatas pada lingkup pengalaman yang kita miliki.
Pengetahuan
dikumpulkan oleh ilmuwan dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan
yang sehari-hari dihadapai oleh manusia, dan digunakan untuk mewujudkan
berbagai kemudahan kepadanya. Pengetahuan ilmiah atau ilmu dapat dikatakan
sebagai alat bagi manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan yang
dihadapinya, pemecahan permasalahan tersebut pada dasarnya adalah dengan
meramalkan dan mengontrol gejala-gejala natural atau sosial.
Setiap
jenis pengetahuan memiliki ciri-ciri aspek baik mengenai apa, dan bagaimana,
dan untuk apa pengetahuan tersebut disusun, agar kita mampu meramalkan dan
mengontrol sesuatu, untuk itu kita harus mengetahui terlebih dahulu mengapa
suatu permasalahan itu bisa terjadi, untuk dapat meramalkan dan mengontrol
sesuatu konsekuensinya kita harus menguasai pengetahuan yang menjelaskan
peristiwa itu kenapa dan bagaimana bisa terjadi, dengan demikian pengetahuan
ilmiah diarahkan kepada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai berbagai
gejala natural (alamiah) atau gejala Sosial.
Pengetahuan ilmiah tidak
sukar untuk diterima, karena pada dasarnya adalah akal sehat, meskipun ilmu
bukanlah sembarang akal sehat, melainkan akal sehat yang terdidik, pengetahuan
ilmiah tidak sukar untuk dipercaya, karena dapat diandalkan meskipun semua
permasalahan tidak dapat dipecahkan secara keilmuan. Oleh karena itu kita masih
memerlukan berbagai pengetahuan lain untuk memenuhi kehidupan kita, karena
bagaimanapun majunya ilmu secara hakiki, namun masih terbatas dan tidak
lengkap.
Ilmu mencakup lapangan
pengetuan yang sangat luas, menjangkau semua aspek yang mencakup kemajuan
kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk didalamnya pengetahuan yang telah
dirumuskan secara sistematis (teratur menurut system), melalui pengamatan dan
percobaan yang terus menerus dilakukan penelitian sehingga menghasilkan
penemuan kebenaran yang bersifat umum, ilmu bukan saja merupakan suatu himpunan
pengetahuan yang sistematis saja, akan tetapi juga merupakan suatu metodologi,
sehingga ilmu telah memberikan metode dan system yang sangatlah berarti, tanpa
ilmu pengetahuan semua tidak akan berarti dan serasa hampa, karena ilmu
merupakan suatu kebutuhan, nilai ilmu tidak saja terletak dalam pengetahuan
yang dikandungnya, sehingga seorang ilmuwan menjadi seorang yang ilmiah, akan
tetapi penerapan prilaku baik dan ketrampilan, pandangan hidup maupun
prilakunya harus disesuaikan pula.
Penelitian
Penelitian
pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukan sekedar hanya mengamati
den meneliti terhadap suatu obyek (Masalah) yang mudah terpengang, apabila
suatu penilitian itu merupakan suatu usaha pencarian, lalu apa yang dicari itu
? pada dasarnya sesuatu yang dicari dalam melakukan penelitian itu adalah untuk
mengetahui/ pengetahuan, atau lebih tepatnya adalah untuk mengetahui
“pengetahuan yang benar” dari suatu yang diliti tersebut, sehingga dapat
menemukan jawaban dari sesutau yang diteliti. Oleh karena itu penelitian tentu
tidaklah akan dapat dilaksanakan kalau tidak digerakkan atau diawali dengan
sebuah “ketidak tahuan”, rasa ketidak tahuan menyebabkan seseorang jadi ingin
tahu dan bertanya sehingga memerlukan jawaban, untuk dapat menjawab suatu
pertanyaan seseorang harus mempunyai pengetahuan tentang hal yang ditanyakan
tersebut, apabila jawaban dan pengetahuan itu belum didapat maka seseorang akan
melakukan penelitian sehingga menghasilkan sebuah jawaban.
Ada
berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu dengan bertanya kepada orang lain yang dianggap lebih tahu
dan mempunyai pengetahuan yang dianggap lebih dan (memiliki otoritas), hak
untuk bertindak dan melakukan tindakan, apabila dengan cara demikian tidak
memperoleh jawaban, maka perlu dilakukan dengan cara melalui akal sehat atau
mencoba-coba saja, akan tetapi cara ini tentu tidak melalui menalaran sehingga
jawaban atau pengetahuan yang diperoleh bukanlah merupakan pengehatuan ilmiah
sehingga cara ini dapat disebut “Metode
Non Ilmiah”.
Berbeda
dengan suatu penelitian secara ilmiah yang dilakukan oleh manusia untuk
menyalurkan hasrat ingin tahunya yang telah mencapai taraf ilmiah, yang
disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan ditelaah dan dicari
hubungan sebab akibat atau kecenderungan yang ditimbulkannya.
Ilmu
Penelitian dan Kebenaran
Ilmu pengetahuan dan
kebenaran adalah tiga hal yang dapat dibedakan, tetapi kebenarannya tidak
terpisahkan satu sama lainnya. Ilmu dan penelinitian mempunyai hubungan yang
sangat erat hubungan antara ilmu dan penelitian itu seperti hasil dan proses.
Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu, akan tetapi ada juga
ilmuwan yang berpandapat bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama proses,
sehingga dari proses penelitian tersebut menghasilkan kebanaran. Ilmu memandang
kebenaran sebagai tujuan yang mungkin dapat dicapai, namun tidak menutup
kemungkinan dan tidak sepenuhnya tanggapan kita itu sampai walaupun kita
bersikap subyektif, persepsi kita tidak pernah terlepas dari factor
subyektivitas, setiap langkah kita dalam merumuskan pengetahuan yang benar
selalu tidak lepas dari kekeliran atau kesalahan.
Dalam usaha untuk mencari
dan merumuskan kebenaran ada baberapa cara yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut :
1.
Penemuan
secara kebetulan
Penemuan ini datangnya tidak dapat
terduga atau diperhitungkan terlebih dahulu, keadaannya tidak pasti dan tidak
terlalu memberikan gambaran kebenaran.
2.
Trial
end Error
Terdapat usaha aktif untuk mencoba dan
selalu mencoba lagi, pada saat melakukan percobaan/ Trial tidak ada kesadaran
yang pasti mengenai pemecahan yang akan dilakukan, yang bersifat
untung-untungan, apabila percobaan pertama gagal mungkin percobaan berikutnya
akan berhasil setalah diadakan beberapa perbaikan yang dilakukan, cara serta
metode ini dipandang teralu panjang dan rumit prosesnya dan sifatnya hanya
meraba sehingga tidak ada kejelasan serta pengertian yang bener-bener jelas.
3.
Otoritas
/ kewibawaan
Pendapat dari suatu lembaga atau badan
atau orang-orang terkemuka yang dianggap berwibawa dijadikan pengangan, yang
kebenarannya dianggap mutlak, bahkan pendapat itu sudah menjadi milik umum,
misalnya : keyakinan terhadap seseorang yang telalu benar (manusia super) yang
tidak pernah salah, akan tetapi hal itu tidak dibenarkan karena tidak mungkin
seseorang akan super dan selalu benar dan tidak ada salahnya.
4.
Pemecahan
secara Spekulasi
Pemecahan masalah dilakukan dengan
cara memilih berbagai kemungkinan meskipun yang bersangkutan belum yakin bahwa
cara yang dipilih itu paling tepat, jadi hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang begitu tidak masuk suatu pilihan itu dianggep baik atau benar, dengan
demikian suatu spekulasi merupakan Arial end error atau sikap untung-untungan
yang lebih teratur dan sistematis.
5.
Dengan
berfikir kritis atau berdasarkan pengalaman
Manusia mempunyai kemampuan berfikir,
dengan cara menarik kesimpulan diaturlah jalan pikiran yaitu dengan tulisan
sebagai pendahuluan untuk memperoleh suatu kesimpulan (deduktif) ataupun
berpangkal pada fakta-fakta yang diperoleh melalui pengalaman langsung,
kemudian ditarik suatu kesimpulan umum (induktif) untuk mencapai pada
kebenaran, maka hasil tergantung pada kemampuan berfikir dan jenis-jenis
pengalaman, berdasarkan inilah
bermulanya Metode Penelitian, karena manusia mulai mencari jalan yang
sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan-tujuannya.
6.
Metode
Penelitian Ilmiah.
Penelitian merupakan pengukuran hasrat ingin tahu manusia
dalam taraf keilmuwan, seseorang akan yakin bahwa ada sebab bagi setiap akibat
dari setiap gejala yang timbul dapat dicari pernjelasannya secara ilmiah.
Penelitian bersikap obyktif karena kesimpulan yang diperoleh hanya akan ditarik
apabila dilandasi dengan bukti-bukti yang meyakinkan dan dikumpulkan melalui
prosedur yang jelas, sistematis dan terkontrol.
Tipologi Penelitian
Tipe-tipe
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Dasar (Basic Rescarch nure
Re Search)
Penelitian dasar atau penelitian murni
merupakan penelitian terhadap sesuatu karena ada perhatian dan keingintahuan
terhadap hasil suatu aktivitas, penelitian ini dilakukan dengan intelektual
reassuring (pertimbangan menurut berdasarkan akal/kepandaian) yang didasarkan
atas keinginan untuk mengetahui, semata-mata dan tidak langsung mempunyai
kegunaan praktis.
Hasil dari penelitian ini berupa
pengetahuan umum dan pengertian-pengertian tentang alam beserta Hukum-hukumnya,
misalnya : penelitian ruang angkasa, penelitian Gen dan sebagainya.
2. Penelitian Penerapan
Penelitian ini mepergunakan Practicel
reassuring (pertimbangan yang praktis/ pertimbangan yang nyata) untuk menjawab
masalah yang timbul suatu ketika, agar dapat melakukan sesuatu dengan lebih
baik dan tepat. Penelitian ini dlakukan dengan lebih hati-hati dan sistematis
dan terus menerus, hasil penelitian ini tidak perlu sebagai suatu menemuan baru
akan tetapi merupakan aplikasi (penerapan, penggunaan, tambahan) baru dari
penelitian terdahulu, misalnya : penelitian tentang biaya hidup masyarakat
dengan tujuan untuk menentukan besarnya upah atau gaji.
3. Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu
Natural
Ilmu sosial sepertihalnya ilmu natural
yaitu merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, sistematis yang
menyimpulkan dalil-dalil tertentu dalam hubugan manusia yang bersifat umum.
Penelitian sosial merupakan suatu
proses yang terus menerus, kritis untuk mengadakan analisis dan memberikan
penafsiran terhadap kenyataan sosal yang ada yang mempunyai hubungan langsung
berkaitan.
Peneltiian ilmu sosial berpijak kepada
metode ilmiah dan meiliki cirri-ciri khas sendiri, yang membuat peneliti harus
mempunyai ketrampilan yang luas juga di dukung oleh rancangan dan garis besar
yang dipergunakan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, dan juga harus
didukung oleh teori yang tidak berbeda dengan penelitian ilmu-ilmu Natural, hal
ini disebabkan karena sangat sulit dan rumitnya antara kenyataan yang ada
dengan keadaan yang ada lainnya dalam ilmu sosial itu sendiri.
4. Penelitian Historis
Penelitian historis pada umumnya
bertujuan untuk mengembalika keadaan seperti semula, acara sistemtis dan
obyektif dari kejadian atau peristiwa dimasa lalu, dengan cara mengumpulkan,
menilai memeriksa kebenarannya dari laporan-laporan yang ada serta memadukan
semua pengertian dari data-data sehingga merupakan suatu kesatuan yang selaras
untuk menegakkan/ memastikan fakta dengan kesimpulan yang kuat, dalam
penelitian ini didasarkan pada data yang telah terjadi atau telah ada.
Banyak hal yang telah terjadi sebelum
seseorang melakukan penelitian atau meneliti, dalam keadaan yang demikian
peneliti sangat bergantung pada
peninjauan serta pengamatan yang telah dilakukan oleh orang sebelumnya, serta
berguna pula catatan pribadi, surat menyurat, dokumen tertulis, hasil
perundingan, prasasti, relip, patung atau arca serta dokumen peninggalan
lainnya, bahkan juga hasil mengatakan orang tertentu yang ada keitannya dengan
suatu kejadian tertentu, dalam penelitian ini data tersimpan di alam.
5. Penelitian diskripsi
Penelitian ini pada umumnya bertujuan
untuk menguraikan secara jelas dan terperinci atau mendetail secara sistematis
mengadung kebenaran berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dan teliti terhadap
semua obyek penelitian daerah tertentu mengenai sifat cirri khusus atau factor
tertentu.
6. Penelitian Perkembangan
Penelitian ini pada umumnya bertujuan
untuk mengetahui pola atau bentuk atau
urutan perkembangan atau perubahan sebagai fungsi dari waktu, atau dapat juga
merupakan penelitian untuk mengembangkan suatu pengetahuan yang sudah ada.
7. Penelitian Khusus
Penelitian ini pada umumnya bertujuan
untuk mempelajari secara mendalam terhadap suatu individu, kelompok, instansi
(lembaga) atau masyarakat tertentu tentang latar belakang keadaan atau kondisi,
factor-faktor atau interaksi sosial yang terjadi didalamnya.
8. Penelitian korelasional (hubungan
timbale balik/sebab akibat)
Penelitian ini pada umumnya bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dari suatu fenomena (kenyataan) yang
ada, dan kalau ada berapa besar derajat hubungannya antara beberapa variable
(konsep yang mempunyai variasi nilai) yang diteliti walaupun tidak diketahui
apakah hubungan tersebut hubungan sebab akibat ataupun bukan.
9. Penelitian Klausul Hosparatis
Penelitian ini pada umumnya bertujuan
untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab akibat dengan cara
berdasarkan atas pengamatan atas akibat yang ada, kemudian mencari kembali
factor yang di duga menjadi penyebabnya, melalui pengumpulan data dengan
melakukan perbandingan dengan data-data yang sudah terkumpul dan diteliti.
10.
Penelitian
eksperimental (percobaan)
Penelitian ini pada dasarnya bertujuan
untuk mengetahui kemungkinan adanya adanya hubungan sebab akibat dengan cara
memberikan satu atau lebih perlakuan kepada kelompok percobaan dan
membandingkannya, dengan satu atau lebih kelompok control yang tidak diberikan
perlakuan tindakan. Penelitian ini juga bertujuan menjelaskan sebab-sebab berlangsungnya
suatu proses, akibat, dan efek-efek dari suatu kondisi tertentu.
11.
Penelitian
Tindakan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan pendekatan atau ketrampilan baru untuk memecahkan suatu
permasalahan atau kesulitan dibidang tertentu dengan penerapan langsung dalam
praktek.
12.
Penelitian
Observasional
Penelitian ini bertujuan untuk
mengamati dan mendiskripsikan menguraikan secara jelas dan terperinci atas
gejala-gejala yang terjadi dalam kenyataan yang ada (Fenomena) dan natural
(alamiah) asli maupun social, yang terjadi dalam tingkatan waktu tertentu dan
tidak dapat di kendalikan oleh peneliti, misalnya : perubahan perilaku
masyarakat, kriminalitas dan sebagainya.
13.
Penelitian
Primer (yang pertama)
Dalam penelitian ini data di kumpulkan
sendiri oleh peneliti, oleh karena itu semua keterangan untuk pertama kalinya
dicatat sendiri oleh peneliti, hal ini dilakukan pada permulaan sebelum ada
data.
14.
Penelitian
Sekunder (yang kedua)
Dalam penelitian ini data yang
digunakan oleh peneliti adalah data yang dikumpulkan oleh orang lain, pada
waktu penelitian dimulai data sudah tersedia, data primer lebih dekat dengan
situasi yang sebenarnya dari pada data sekunder, disamping itu data sekunder
sudah begitu adanya, karena tidak diketahui metode pengambilannya atau
validitas (keabsahannya).
15.
Penelitian
Diskriptif (bersifat mengambarkan apa adanya)
Dalam penelitian ini analisis
penelaahan data tidak keluar dari lingkup sampel (contoh) dan bersifat
deduktif, kesimpulan dari keadaan yang mungkin keadaan yang khusus berdasarkan
teori atau konsep yang bersifat umum di aplikasikan (diterapkan) digunakan
dijadikan tambahan untuk menjelaskan tentang seperangkat data dengan
seperangkat data lainnya.
16.
Penelitian
Analitis
Dalam penelitian ini analisis data
mengarah atau menuju ke populasi (obyek) penelitian dan bersifat interensial,
dapat disimpulkan berdasarkan data.
METODE DAN TEKNIK
PENULISAN ILMIAH
Untuk dapat menyusun suatu
tulisan ilmiah perlu adanya survey atau penyelidikan sebagai cara pemecahan
yang dipakai dalam ilmu pengetahuan untuk menemukan dan yang lebih banyak
memberikan kepastian akan kebenaran hasilnya.
Didalam survey, informasi
dikumpulkan dari responden (orang yang menjawab pertanyaan dalam kepentingan
penelitian) dengan menggunakan kuisioner. Tujuan survey dapat merupakan
pengumpulan data, dapat pula lebih jauh dari itu bersifat menerangkan atau
menjelaskan.
Penyelidikan atau survey
adalah penyaluran hasrat rasa ingin tau manusia dalam taraf keilmuan,
penyaluran terserbut sampai dengan taraf setinggi itu disertai oleh keyakinan,
bahwa ada sebab bagi taraf akibat dan setiap gejala yang Nampak dapat dicari
penjelasannya secara ilmiah.
Sejalan dengan sikap itu,
maka metode penyelidikan atau survey hanya akan menarik dan membenarkan suatu
kesimpulan apabila dikuatkan dengan bukti-bukti yang meyakinkan bukti-bukti
tersebut dikumpulkan melalui prosedur yang sistematik, jelas dan terkontrol.
Penelitian ilmiah adalah
suatu bentuk penelitian dan cara berfikir yang amat sistematis. Didalam survey
informasi dikumpulkan dan diteliti melalui penelitiannya. Yang pertama adalah
apabila peneliti mulai dari teori dan bertujuan untuk menguji teori yang sudah
ada dan biasanya sudah dirumuskan oleh orang lain. Penelitian seperti ini
disebut juga dengan penelitian Verifikatif (Pemeriksaan tentang kebenaran) atau
penelitian Uji Hipotesa (Anggapan dasar).
Tipe penelitian yang
adalah apabila beranjak dari observasi (pengamatan) atas data yang dimilikinya,
dan dari situ beranjak menuju ketingkat yang lebih abstrak (tidak
berwujud) serta berusaha merumuskan
konse, proposisi (dalil, usul, soal) dan teori baru. Kepdua tipe penelitian
diatas sama-sama manfaatnya untuk pegangan ilmu pengetahuan, sehingga para
peneliti sebaiknya mencoba kedua tipe tersebut.
Unsure-unsur
penelitian ilmiah yang menjadi dasar penelitian ilmiah adalah : Konsep,
Proposisi, teori, Variabel (suatu yang dapat berubah-ubah), hipotesa serta
devinisi operasional.
Konsep
Konsep
Penelitian adalah :
1. Unsure penelitian yang terpenting dan
merupakan devinisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara
ringkas suatu kenyataan yang ada.
2. Generalisasi yaitu kesimpulan umum
dari suatu kejadian.
Kosep tersebut diatas
dalam penelitian perlu didefinisikan dengan jelas, sehingga penelitian tersebut
dapat dipahami oleh masyarakat akademis yang lebih luas.
Proporsisi
(dalil, usul,
soal)
Proposisi adalah
pernyataan tentang realita atau kenyataan yang tepat diuji kebenarannya.
Teori
Teori
adalah merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan meningkatkan intisari
dari pengertian-pengertian maupun hubungan-hubungan pada Proposisi. Teori yang
lebih kompleks (mengandung beberapa unsure) biasanya merupakan gabungan yang
logis dari beberapa proposisi.
Variabel
Variable
yaitu suatu konsep yang mempunyai variasi nilai, contoh :
Berat
badan, tinggi badan adalah variable karena mempunyai nilai yang berbeda.
Hipotesa
Hipotesa adalah suatu
kesimpulan sementara tentang hubungan antara variable atau lebih, hipotesa yang
baik adalah hipotesa yang harus memenuhi dua criteria sebagai berikut :
1. Hipotesa harus menggambarkan hubungan
antara variable-variabel.
2. Hipotesa harus memberikan petunjuk
bagaimana pengujian hubungan tersebut.
Dari hal tersebut diatas
bahwa variable-variabel yang dicantumkan dalam hipotesa harus dapat diukur dan
benar, serta mempunyai arah hubungan antara variable-variabel tersebut juga
harus jelas.
Hipotesa
adalah proposisi yang dirumuskan untuk pengujian, artinya pengujian berdasarkan
pengalaman danpengetahuan. Dalil juga merupakan proposisi yang jangkauannya
lebih luas dan telah mendapatkan banyak dukungan empiris.
Definisi Operasional
Salah
satu unsure yang sangat membantu komunikasi antara peneliti yang merupakan
petunjuk tentang bagaimana suatu variable diukur, dengan membaca definisi
operasional dalam suatu penelitian sehingga seorang peneliti akan mengetahui
pengukuran suatu variable sehingga dia juga dapat mengetahui baik dan buruknya
hasil pengukuran tersebut.
Pengumpulan Data
- Pengumpulan Sampel
Pengumpulan
sampel adalah suatu yang dijadikan/ digunakan contoh :
Dalam
suatu survey tidak selalu perlu untuk meneliti semuai ndividu dalam populasi
(obyek yang dijadikan bahan penelitian) karena disamping memperlukan biasa yang
besar juga membutuhkan waktu yang lama, dengan memiliki sebagian dari populasi,
kita mengharapkan hasil yang didapat akan dapat menggambarkan sifat populasi
yang bersangkutan.
Oleh karena itu untuk
dapat mencapai tujuan tersebut maka cara-cara pengumpulan sampel harus memiliki
syarat-syarat tertentu. Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa, sehingga
mempunyai kesempatan dan peluang yang sama, disamping itu pengambilan sampel
yang secara acak (random) harus menggunakan metode yang tepat sesuai dengan
cirri-ciri popuasi dan tujuan penelitian.
Suatu metode pengambilan
sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat seperti berikut :
1. Dapt menghasilkan gambaran yang dapat
dipercaya dari seluruh populasi (obyek penelitian)
2. Dapat meningkatkan presisi (tingkatan
ketepatan) dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku dari
taksiran yang diperoleh.
3. Sederhana, sehingga mudah
dilaksanakan.
4. Dapat memberikan keterangan sebanyak
mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.
Dalam
menentukan pengambilan sampel digunakan dalam suatu penelitian, peneliti harus
memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga, dan waktu disatu pihak serta
besarnya presisi (tingkat ketepatan) dilain pihak. Apabila jumlah biaya, tenaga
dan waktu sudah dibatasi sejak semula, maka peneliti harus berusaha mendapatkan
suatu metode mengambilan sampel yang dapat menghasilkan presisi yang tinggi.
Perlu didasari bahwa tingkat presisi yang tinggi tidak mungkin dicapai dengan
biaya, tenaga, dan waktu yang terbatas. Yang mungkin dapat dicapai ialah
tingkat presisi tertentu dengan biaya, tenaga dan waktu yang terbatas.
Kita perlu memperhatikan
efektifitas (ketepatan cara) dalam memilih metode pengambilan sampel, sering
timbul pertanyaan berapa besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan
data yang representative (yang dapat mewakili)
Ada empat factor yang
harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian,
sebagai berikut :
1. Derajat
Keseragaman dari Populasi
Makin seragam populasi itu, makan akan
makin kecil sampel yang dapat diambil. Apabila populasi itu seragam sempurna,
maka satu-satuan elementer (unsure-unsur) dari seluruh populasi itu sudah cukup
representative (mewakili) untuk diteliti.
Sebaliknya apabila populasi itu amat
tidak seragam, maka hanya pencacahan lengkaplah maksudnya kesimpulan dari
acuannya itu yang dapat memberikan gambaran yang representative.
2.
Presisi (tingkat ketepatan) yang
dikehendaki dari penelitian.
Makin tinggi presisi yang dikehendaki,
maka makin besar pula sampel yang harus diambil. Jadi sampel yang besar
cenderung memberikan perkiraan yang lebih mendekati nilai yang sesuguhnya.
Semakin besar sampel yang diambil, maka semakin kecil pula pengelolaan/
penyimpangan terhadap nilai populasi.
3.
Rencana @nalisa
Adakalanya besarnya sampel sudah
mencukupi sesuai dengan presisi (tingkat ketepatan) yang dikehendaki, akan
tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisa atau penyelidikan suatu
peristiwa, kejadian, untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya maka jumlah
sampel tersebut kurang mencukupi.
4. Tenaga,
Biaya, dan waktu.
Apabila ingin mendaptkan presisi yang
tinggi, maka sampel harus besar, akan tetapi apabila tenaga, biaya dan waktu
terbatas, maka jelaslah tidak mungkin untuk mengambil sampel dalam jumlah
besar, dan ini berarti presisinya akan menurun.
Walaupun besarnya sampel yang harus diambil dalam
suatu penelitian didasarkan atas keempat pertimbangan tersebut diatas, tetapi
agar dapat menghemat tenaga, biaya dan waktu, maka seorang peneliti harus dapat
memperkirakan besarnya sampel yang akan diambil, sehingga presisi (tingkat
ketepatan) dianggap cukup untuk menjamin tingkat kebenaran dari hasil
penelitian.
Jadi penelitilah yang
harus menentukan tingkat presisi (tingkat ketepatan) yang dikehendaki yang
selanjutnya berdasarkan presisi tersebut dapat menentukan besarnya jumlah
sampel.
PEMBUATAN KUISIONER
Pada
penelitian, survey penggunaan kuisioner merupakan hal pokok guna untuk
penggumpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuisioner adalah sebagai berikut :
-
Untuk
memperoleh informasi yang relevan (yang berkaitan atau berhubungan atau berguna
secara langsung) dengan tujuan penelitian, survey.
-
Untuk
memperoleh informasi dengan reliabilitas (yang dapat dipertanggung jawabkan)
dan validitas (keabsahannya) setinggi mungkin.
Mengingat terbatasnya
masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, senantiasa perlu diingat agar
pertanyaan-pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesa (kesimpulan
sementara) dan acuan penelitian tersebut.
Dalam variable-variabel
atau konsep-konsep yang mempunyai variasi nilai sudah jelas, maka pertanyaan
itupun menjadi jelas, hal ini tentunya berkaitan dengan kemampuan teknis
pembuatan kuisioner walaupun titik tolaknya variable-variabel yang jelas dan
relevan. Sebaliknya jika variable-variabel masih kabur dalam pikiran peneliti
maka pertanyaanpun akan menjadi kabur dan mungkin sekali dimasukkan dalam
pertanyaan yang tidak relevan, sehingga akan menimbulkan masalah pada analisa
data dan penulisan hasil penelitian.
Sebelum
membuat kuisioner ada baiknya dipelajari dulu kuisioner yang sudah ada terlebih
dahulu, yang relevan dengan topic penelitian yang akan dilakukan, akan tetapi contoh
kuisioner tersebut bukan untuk ditiru, apabila keadaan memungkinkan sebaiknya
didiskusikan dengan peneliti yang menggunakannya, karena yang bersangkutan
dapat memberitahukan kelemahan dari pertanyaan tertentu didalam kuisioner
tersebut, sehingga dapat memberikan saran pertanyaan mana yang diperbaiki dan
atau dihilangkan.
Isi Pertanyaan
1. Pertanyaan tentang fakta.
Contoh : umur, pendidikan, agama,
status perkawinan dan sebagainya tergantung obyek penelitiannya.
2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap.
Yaitu menyangkut perasaan dan sikap
responden tentang sesuatu.
3. Pertanyaan tentang informasi.
Yaitu menyangkut apa yang dikatahui
oleh responden dan sejumlah hal tersebut diketahuinya.
4. Pertanyaan tentang persepsi (anggapan
langsung atas sesuatu)
Dalam hal ini responden menilai tentang prilakunya
sendiri dalam hubungannya dengan yang lain.
Isi
Pertanyaan untuk angket sama dengan untuk kuisioner.
Beberapa Cara Pemakaian Kuisioner
1. Kuisioner digunakan dalam wawancara
tatap muka dengan responden, cara ini yang lazim dilakukan kita lakukan.
2. Kuisioner diisi sendiri oleh kelompok,
contoh : satu kelas murid dalam kelas dijadikan responden dan mereka mengisi
Kuisioner secara serentak dan wujudnya beberapa jawaban.
3. Wawancara melalui telepon, proses ini
lebih dikenal dari pada wawancara tatap
muka dan ada kalanya orang tidak sedia
didatangi akan tetapi bersedia lewat telpon.
4. Kuisioner diposkan, cara ini dapat
dilakukan untuk Kuisioner yang pendek dan mudah dijawab, akan tidak cukup besar
proporsi (bagian) yang tidak dikembalikan oleh resppnden.
Petunjuk Membuat Pertanyaan
1. Gunakan kata-kata yang senderhana dan
mudah dipahami oleh semua responden. Hidari istilah yang hebat tetapi responden
kurang atau tidak mengerti.
2. Usahakan upaya pertanyaan yang jelas dan khusus.
Pada
waktu interview dalam mengajukan pertanyaan harus diusahakan :
1. Pertanyaan dalam kalimat pendek dean
tegas, apabila sampel atau responden belum jelas, dapat diberi keterangan.
2. Rumusan pertanyaan harus diusahakan
jangan sampai mendapat jawaban tertentu saja.
3. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang
menempatkan sampel atau responden pada situasi mempertahan diri, sinis atau
yang erat kaitannya dengan gengsi kehidupan yang sangat bersifat pribadi.
Mulailah dengan pertanyaan yang menyenangkan dan yang tidak bersifat pribadi,
kemudian baru diajukan pertanyaan yang lebih pelik.
4. Setelah mendapatkan jawaban segera
mungkin untuk dicatat.
5. Setelah pertanyaan disampaikan, harus
member kesempatan kepada responden untuk menjawab sendiri dan jangan berusaha
mempengaruhi.
Angkat
Pada
beberapa petunjuk yang didapat dari responden sebagai pedoman dalam pembuatan
angket yaitu :
1. Rumuskan setiap pertanyaan dengan
sejelas-jelasnya dan singkat, serta susunan kalimat harus diperhatikan, hindari
kata yang tidak perlu dan menyederhanakan kata-kata yang sukar atau dianggap
remeh, semua itu menghindari nadanya salah tafsir.
2. Pertanyaan yang diajukan oleh
responden hanya yang memang dapat dijawab oleh sampel, apabila responden
(sampel) tidak dapat menjawab berarti ada suatu kesalahan yang mungkin terletak
dalam pemilihan sampel atau dalam pertanyaan-pertanyaan itu sendiri.
3. Sifat pertanyaan harus netral dan
obyektif, tidak perlu mengajukan pertanyaan yang sifatnya memancing jawaban
tertentu, hindari pertanyaan yang menimbulkan emosi, malu oleh pihak responden
karena hal itu akan menggurangi kejujuran dalam nejawab kecuali kalau memang
peneliti punya maksut untuk membuat demikian.
4. Mengajukan pertanyaan yang jawabannya
tidak dapat diperoleh dari sumber lain, misalnya : kalau dianggap ada responden,
maka tidak perlu ada jawaban dari instansi lain.
5. Keseluruhan pertanyaan dalam sebuah
angket harus mampu mengumpulkan kebulatan jawaban untuk masalah yang khusus
kita (peneliti) hadapi.
Isi
Pertanyaan Angkat
1.
Pertanyaan
tentang fakta misalnya : umur, pendidikan, agama, status perkawinan, dan
sebagainya.
2.
Pertanyaan
tentang pendapatan dan sikap, isi menyangkut perasaan dan sikap responden
terhadap sesuatu.
3.
Pertanyaan
tentang informasi, pertanyaan ini menyangkut tentang apa yang diketahui oleh
responden dan sejauh mana hal tersebut diketahui.
4.
Pertanyaan
tentang persepsi diri responden menilai sendiri dalam hubungannya dengan yang
lain.
PEDOMAN PENYUSUNAN
SKRIPSI
FAKULTAS
HUKUM
UNIVERSITAS YOS SOEDARSO
SURABAYA
I.
Pendahuluan
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang
disusun oleh mahasiswa berdasarkan hasil penelitian dan atau kepustakaan yang
dilakukan secara mandiri untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Hukum (S,H), serta berisi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan praktek Hukum yang dilakukan oleh mahasiswa.
Berdasarkan pemahaman tersebut, maka
Skripsi harus disusun menurut ketentuan-ketentuan penulisan ilmiah dan disusun
menurut format penyusunan Skripsi tertentu.
Oleh karena itu maksut dari uraian
diatas maka di susun suatu pedoman guna sebagai petunjuk dan arahan dalam
penyusunan skripsi yang harus ditaati oleh setiap mahasiswa, dalam penulisan
skripsi sebagai kegiatan akademik terakhir pada program strata I Ilmu Hukum.
Pedoman penyusunan skripsi ini
berisikan tujuan dan kerangka penyusunan skripsi.
II.
Tujuan
Tujuan penyusunan skripsi
(karya ilmiah) ini bertujuan untuk memberikan :
1. Pedoman mahasiswa dalam menyusun karya
ilmiah hasil penelitiannya.
2. Pedoman pada pembimbing skripsi dalam
proses pembimbingan penyusunan skripsi.
III.
Kerangka Penyusunan Skrhpsi
A. Bagian
Awal Skripsi
1. Sampul Depan
Pada sampul depan dituliskan
berturut-turut Judul skripsi, Skripsi, lambing Universitas, kata nleh, nama
mahasiswa, (diberi garis bawah), NPM, kata-kata Fakultas Hukum Universitas Yos
Soedarso Surabaya, tahun pengujian Skripsi (terlampir)
2. Halaman Sampul Depan
Halaman ini sama dengan sampul depan,
tetapi ditulis diatas kertas putih HVS atau A4.
3. Halaman Setelah Halaman Sampul Depan.
Halaman ini memuat berturut-turut :
judul skripsi, kata skripsi, kata-kata diajukan untuk melengkapi tugas dan
gelar Sarjana Hukum, kata oleh, nama mahasiswa (diberi garis bawah), NPM dan
dihalaman bagian bawah ditulis Fakultas Hukum Univeritas Yos Soedarso Surabaya,
tahun pengujian skripsi, (terlampir)
4. Halaman Persetujuan Skripsi.
5. Halaman pengesahan Skripsi.
6. Halaman Motto.
7. Halaman Kata Pengantar.
8. Halaman Daftar Isi.
9. Halaman Daftar Tabel.
10. Halaman Daftar Grafik/ Diagram.
11. Halaman Gambar.
12. Halaman Daftar Lampiran.
B.
Bagian Inti (isi) Skripsi.
Bagian
ini memuat hal-hal sebagai Berikut :
Bab
I : Pendahuluan
1. Permasalahan, latar belakang dan
perumusannya.
Sub bab latar belakang berisi
pokok-pokok uraian tentang hal-hal yang merupakan masalah Hukum yang patut
diteliti disertai alasan mengapa masalah yang dipilih itu merupakan sesuatu
yang penting untuk diteliti (masalah yang dipilih harus merupakan masalah yang
berkaitan dengan bidang Hukum, seperti masalah Hukum yang dihadapi oleh
masyarakat atau masalah yang menyangkut dengan perundang-undangan atau suatu
perbandingan).
Perumusan masalah adalah rumusan
kongkrit dari masalah yang dikemukakan dalam latar belakang masalah dan dan
dapat dianalisa.
2. Penjelasan judul.
Arti kata dalam judul skripsi, agar
tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda terhadap pengertian judul skripsi
tersebut.
3. Alasan pemilihan judul.
Paparan secara lengkap dan jelas
tentang pengumpulan bahan Hukum dan langkah kajiannya serta manfaatnya bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan penerapan Hukum di masyarakat.
4. Tujuan penelitian.
Sub bab ini harus memuat secara jelas
tujuan atau kegunaan praktis yang hendak dicapai dari penulisan skripsi
tersebut bagi pemecahan masalah hokum.
5. Metode penelitian.
Yaitu memuat hal-hal yang berkaitan
dengan tipe penilitian, penelitian normative, pendekatan masalah, sumber data,
prosedur pengumbulan dan pengolahan data, serta analisis data.
6. Pertanggungjawaban sistematika.
Berisikan tentang alasan penyusunan
sistematika seperti yang tercantum dalam daftar isi.
Bab
II : Judul
Bab dan Uraian
Bab ini merupakan analisis
yang mendalam tentang rumusan masalah yang dijadikan titik tolak pembahasan
dari yang disimpulkan dalam judul skripsi.
Bab
III : Judul
Bab dan Uraian ( Jumlah Bab II, III dan seterusnya disesuaikan dengan jumlah
masalah)
Bab
: Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran
Dalam bab ini berisikan
uraian tentang kesimpulan yang diperoleh dari analisis yang dikumpulkan dalam
bab pembahasan. Sedapat mungkin kesimpulan disusun sesuai dengan rumusan
permasalahan, berdasarkan kesimpulan tersebut disusun beberapa saran sebagai
masukan untuk mengembangkan bidang ilmu hokum dan penerapan hokum dalam
masyarakat.
C.
Bagian Terakhir.
1. Daftar Bacaan.
2. Lampiran
Lampiran :
JUDUL SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh :
Muchammad Nasikin
NPM : 10.01.1.1.1.036
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS YOS SOEDARSO
SURABAYA
2012
JUDUL
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
Muchammad Nasikin
NPM : 10.01.1.1.1.036
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS YOS SOEDARSO
SURABAYA
2012
Tanda
Persetujuan Skripsi
Nama : Muchammad Nasikin
NPM : 10.01.1.1.1.036
Jurusan : Ilmu
Hukum
Program : STRATA
SATU (S-1)
Judul Skripsi : ……………………………………………
Surabaya,
Mengetahui
Dosen Pembimbing I
Nama Dosen
|
Dosen Pembimbing II
Nama Dosen
|
Mengetahui
Dekan
Fakultas Hukum
Nama Dekan Fakultas Hukum
Tanda
Pengesahan Skripsi
Setelah diuji pada tanggal, dihadapan tim penguji Fakultas Hukum
Universitas Yos Soedarso Surabaya, dinyatakan LULUS dan diterima sebagai salah
satu persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum.
Surabaya,
Mengetahui
Dekan
Fakultas Hukum
Nama
Dekan Fakultas Hukum
Ketua : Nama
Sekretaris : Nama
Anggota : Nama
Nama
|
: Tanda tangan
: Tanda tangan
: Tanda tangan
: Tanda tangan
|