YANG PERLU ANDA KETAHUI DARI HADITS-6 (Bagaimana Cara
Mengenali Seorang Shahabat?)Selasa, 16 Mei
06
TANYA:
Bagaimana kita mengenali seorang shahabat?
JAWAB:
Kita mengenalinya melalui salah satu dari
hal-hal berikut:
1. Tawaatur (Pemberitaan tentangnya secara mutawatir
alias mustahil terjadi kebohongan karena banyaknya periwayat terpercaya
menyatakan hal itu); apakah ada orang yang meragukan Abu Bakar dan ‘Umar bin
al-Khaththab RA sebagai shahabat? Jawabannya, tentu, tidak.!
2.
Syuhrah (Ketenaran) dan banyaknya riwayat yang mengisahkannya melalui
beberapa hal. Contohnya:
a. Dhimaam bin Tsa’lbah RA yang tenar dengan
hadits kedatangannya menemui Nabi SAW
b. ‘Ukasyah bin Mihshan RA yang
kisahnya dijadikan permisalan/pepatah (yaitu ucapan Rasulullah SAW, “Sabaqoka
‘Ukaasyah’ ; ‘Ukasyah sudah terlebih dulu darimu-red).*
3. Dimuatnya
hal itu dalam hadits yang shahih, seperti ada salah satu hadits menyebutkan
bahwa Nabi SAW didatangi oleh si fulan bin fulan atau hadits tersebut bersambung
sanadnya kepada seorang laki-laki yang menginformasikan bahwa si fulan termasuk
orang-orang yang mati syahid dalam perang bersama Rasulullah SAW. Atau informasi
apa saja dengan cara tertentu bahwa orang ini atau itu sudah terbukti
Shuhbah-nya (bertemu dan beriman dengan Rasulullah SAW dan mati dalam
kondisi itu).
4. Penuturan tertulis dari seorang Tabi’i (generasi
setelah shahabat) bahwa si fulan adalah seorang shahabat. Yaitu seperti ia
mengucapkan, “Aku mendengar salah seorang shahabat Nabi SAW, yaitu si fulan bin
fulan.”
5. Penuturan shahabat itu sendiri bahwa ia bertemu Nabi SAW,
seperti perkataannya, “Aku mendengar Nabi SAW bersabda begini dan begitu.” Atau
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menemani (bershahabat) dengan Nabi
SAW.” Tetapi hal ini perlu beberapa syarat, di antaranya:
a. Ia seorang yang
adil pada dirinya
b. Klaimnya tersebut memungkinkan; bila kejadian ia
mengklaim hal itu sebelum tahun 110 H maka ini memungkinkan sedangkan bila ia
mengklaimnya setelah tahun 110 H, maka klaimnya tersebut tertolak sebab Nabi SAW
telah menginformasikan di akhir hayatnya, “Tidakkah aku melihat kalian pada
malam ini? Sesungguhnya di atas 100 tahun kemudian (dari malam ini), tidak ada
lagi seorang pun yang tersisa di atas muka bumi ini.” (HR.al-Bukhari, I:211,
No.116; Muslim, No.2537; Abu Daud, No.348)
Ini merupakan argumentasi
paling kuat terhadap orang yang mengklaim nabi Khidhir masih hidup hingga saat
ini segaimana klaim kaum Sufi di mana salah satu dari mereka sering mengaku
telah bertemu nabi Khidhir dan berbicara secara lisan dengannya.!?
Intermezzo
Seorang laki-laki India bernama Rotan pada
abad VI mengaku bahwa dirinya adalah shahabat Nabi SAW dan dia telah
dipanjangkan umurnya hingga tanggal tersebut. Kejadian itu sempat menggemparkan
masyarakat kala itu. Maka, para ulama pada masanya atau pun setelahnya membantah
pengakuannya tersebut. Di antaranya, al-Hafizh adz-Dzahabi dalam bukunya yang
berjudul “Kasr Watsan Rotan.”
* Pepatah tersebut diungkapkan
orang Arab untuk menyatakan ketidak beruntungann seseorang dalam memperoleh
sesuatu karena sudah ada orang lain yang lebih dahulu memperolehnya. Seperti
misalnya, bila ada seseorang memberikan hadiah kepada seseorang yang bisa
menjawab pertanyaannya, lalu ada yang menjawabnya sedangkan hadiah itu hanya
untuk satu orang saja. Kemudian ada orang lain meminta diberi pertanyaan lagi
agar dapat menjawabnya dan memperoleh hadiah. Maka orang yang memberikan itu
tadi, mengatakan kepadanya pepatah tersebut. Artinya, terlambat, si fulan sudah
terlebih dahulu (kamu sudah keduluan sama si fulan.!!), wallahu a’lam-red
(SUMBER: Fataawa Hadiitsiyyah, Syaikh Sa’d bin ‘Abdullah Alu Humaid,
hal.30-31)