Yang Perlu Anda Ketahui Dari Hadits-2 (Mana Yang Paling Shahih
Antara Sunan Abi Daud Dan Sunan an-Nasa`iy)Jumat,
13 Mei 05
TANYA:
Dari aspek keshahihan, mana yang
diunggulkan; Sunan Abi Daud atau kah Sunan an-Nasa`iy?
JAWAB:
Bila kita melihat kitab Sunan an-Nasa`iy
dengan maksud ia adalah as-Sunan al-Kubra, maka Sunan Abi Daud
lebih shahih daripadanya. Sedangkan bila yang dimaksud dengan Sunan
an-Nasa`iy di sini adalah kitab al-Mujtaba, di sini perlu
didiskusikan kembali pendapat tadi.
Bila kita melihat kitab Sunan
an-Nasa`iy, maka akan jelas bagi kita bahwa ia (Sunan an-Nasa`iy)
yang dinamakan dengan al-Mujtaba sekarang ini –yang nampak bagi saya-
bukanlah karangan Imam an-Nasa`iy sendiri. Ia merupakan karangan Ibn as-Sunny
yang tidak lain adalah salah seorang periwayat kitab Sunan an-Nasa`iy. Secara
umum, yang dimaksud dengan Sunan an-Nasa`iy adalah as-Sunan
al-Kubra. Karena itu, sebagian orang dari satu sisi, menilai sisi kebagusan
hadits-haditsnya atau membuang hadits-hadits Mawdlu’ (palsu) dan Munkar yang ada
pada Sunan an-Nasa`iy yang disebut al-Mujtaba alias as-Sunan
ash-Shughra sebagaimana yang dikatakan sebagian orang, karena mengira ia
merupakan karangan Imam an-Nasa`iy.
Yang menjadi indikasi untuk semua
itu, bahwa kitab al-Mujtaba (artinya, ringkasan, intisari-red.,) dari
sisi hadits-haditsnya memang lebih bagus (mengesankan) daripada as-Sunan
al-Kubra akan tetapi apakah benar Imam an-Nasa`iy yang
meringkas/mengintisarinya dari hadits-hadits tersebut (sehingga dinamai
al-Mujtaba-red.,) atau orang selain dia?. Hal ini akan kami jelaskan
sebentar lagi, insya Allah.
Yang jelas, bila kita membanding-bandingkan
antara al-Mujtaba dan Sunan Abi Daud, maka pembandingan ini
–menurut saya- butuh kajian yang serius dan teliti. Sebab, sementara orang ada
yang langsung saja menyatakan bahwa Sunan Abi Daud lebih unggul. Sikap
seperti ini banyak diambil oleh para ulama terdahulu. Setiap orang yang
membicarakan Sunan Abi Daud, pasti ia akan mengunggulkannya atas
kitab-kitab lainnya bahkan sebagian mereka ada yang mengunggulkannya atas
Shahih Muslim akan tetapi pendapat ini tidak benar. Sebagian orang lagi,
khususnya di zaman sekarang ini, kita menemukan ada orang yang berusaha
mengunggulkan Sunan an-Nasa`iy atas Sunan Abi Daud.
Menurut saya, bila ijtihad-ijtihad seperti ini keluar dari seseorang
yang ingin agar ucapannya tepat, maka hendaknya berpijak pada ucapan yang ilmiah
atau metode ilmiah yang komprehensif dengan cara melakukan penelitian terhadap
Sunan Abi Dauddan Sunan an-Nasa`iyyang bernama al-Mujtaba
itu, kemudian melihat jumlah hadits-hadits yang dimuat di masing-masing kitab
tersebut, lalu jumlah hadits yang dikritisi dari masing-masingnya; berapa
persentasenya secara keseluruhan untuk masing-masing kitab. Dari situ, akan kita
dapatkan persentase hadits-hadits yang dikritisi di dalam kitab Sunan Abi
Dauddan juga di dalam kitab Sunan an-Nasa`iy.
Selain itu,
hadits-hadits yang dikritisi ini juga bisa diklasifikasi lagi antara yang
Dla’if, Dla’if Sekali dan Kemungkinan Dla’if (masih fity-fifty).
Masing-masingnya perlu dibubuhkan berapa persentasenya.
Di samping itu,
perlu juga dilihat; apakah pengarang kitab menjelaskan dan mengomentari
hadits-hadits yang dikritisi tersebut atau kah tidak? Sebab, Abu Daud dan
an-Nasa`iy ada mengomentari sebagian hadits. Kemudian, dilihat pula berapa
persentase komentar yang dikeluarkan masing-masing pengarang kitab terhadap
hadits-hadits yang dikritisi tersebut. Setelah itu, barulah kita dapat
mengeluarkan gambaran yang jelas melalui penelitian yang seksama, apakah
Sunan Abi Daudyang lebih bagus (mengesankan) atau kah sebaliknya? Inilah
pendapat saya mengenai hal ini.
(SUMBER: Fataawa Hadiitsiyyah
karya Syaikh Sa’d bin ‘Abdullah Al Humaid, Juz.I, h.106-107)